Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia saat ini, turut mempengaruhi kinerja investasi di modal. Hal itu diungkapkan Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Mirza Adityaswara.
“Terbukti, dari persentase investor asing sedikit meningkat menjadi 38,4 persen pada akhir 22 Januari 2022 (dari 38,3 persen pada 21 Desember 2021),” tutur Mirza dalam pemaparannya pada kegiatan dialog sore bersama pakar dengan tema : Perkembangan Bisnis Terkini (Post Pandemi) Indonesia from VuCa to Escape, yang digagas oleh Satrio Center, kemarin.
Sedangkan penurunan 0,1 persen poin MOM (Month Over Month) dalam kepemilikan investor local, hal ini didorong oleh penurunan sebesar 0,3 persen poin (MOM) menjadi 12,9 persen di asuransi lokal.
“Foreign Inflow di pasar saham mulai meningkat sejalan dengan pemulihan PDB,” imbuhnya.
Baca juga : Kecam Rusia, Sekjen PBB Desak Putin Stop Operasi Militer Di Ukraina
Mirza menyebutkan, investor asing menjadi pembeli bersih ekuitas pada Januari 2022 sebesar 502 juta dolar AS, setelah penjualan bersih sebesar 294 juta dolar As pada 21 Desember 2021.
“Investor asing melanjutkan penjualan bersih obligasi Pemerintah, meskipun dengan jumlah yang lebih rendah 78 juta dolar AS pada Januari 2022 dibandingkan dengan 1.902 juta dolar As pada 21 Desember 2021,” katanya.
Mirza mengungkapkan, sejak 2020 terjadi peningkatan investasi global berbasis ESG (Environmental, Social & Governance).
Hal ini terjadi karena pertimbangan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang merupakan faktor penting bagi keberhasilan investasi karena Pemerintah, perusahaan, dan tingkat kepedulian konsumen semakin baik.
Baca juga : CIMB Niaga Syariah Rilis Program Investasi Haji Muda
Terlihat dari data tingkat perusahaan dan dana, arus masuk ekuitas ESG telah melampaui arus masuk non-ESG sejak 2020 dan akan terus meningkat.
Tantangan Indonesia
Mirza menambahkan, tantangan lain Indonesia di era digitalisasi ekonomi yaitu Green Energy.
Tantangan Indonesia untuk mencapai green economy adalah pada sisi pendanaan. Namun dengan adanya komitmen Indonesia mengurangi emisi karbon sebanyak 26 persen – 41 persen sampai tahun 2030.
Baca juga : Inflasi Naik, Daya Beli Masyarakat Melorot..
Dan, diharapkan mencapai zero carbon emission di 2060, maka Pemerintah berencana meningkatkan kapasitas EBT (Energi Baru Terbarukan) sebesar 9.1 GW (Giga Watt) sampai 2024.
“Sehingga diharapkan Indonesia kedepan mencapai green economy.”
Sekedar info, webinar dialog sore bersama pakar yang digagas oleh Satrio Center ini, merupakan kegiatan kolaborasi dengan komunitas: Rumah Perubahan, GK Center, Indonesia Optimis, Trisakti Untuk Indonesia, Perempuan Indonesia Maju, JoSmart, KiPerIndonesia, Garindo dan Kibar Indonesia.
Selain Direktur Utama LPPI, hadir juga Prof. Rhenald Kasali (Founder Rumah Perubahan) sebagai pembicara di acara dialog tersebut. [FAZ]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya