Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kecam Rusia, Sekjen PBB Desak Putin Stop Operasi Militer Di Ukraina

Kamis, 24 Februari 2022 16:44 WIB
Sekjen PBB Antonio Guterres. (Foto Reuters)
Sekjen PBB Antonio Guterres. (Foto Reuters)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres mengecam operasi militer di Timur Ukraina. Ia mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan perang dan menarik kembali pasukannya.

Guterres mengingatkan Putin, tindakan militer ini tidak hanya jadi masalah bagi Ukraina dan Rusia, tetapi berdampak ke ekonomi global. Apalagi di saat situasi pandemi Covid-19.

"Pada saat kita bangkit dari Covid dan begitu banyak negara berkembang benar-benar perlu memiliki ruang untuk pemulihan. Akan sangat, sangat sulit dengan harga minyak yang tinggi, dengan ekspor gandum dari Ukraina dan dengan kenaikan suku bunga disebabkan oleh ketidakstabilan di pasar internasional," katanya usai pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB (DK PBB), Rabu (23/2), waktu setempat.

Pertemuan darurat itu berlangsung setelah Rusia menyatakan melakukan operasi militer di timur Ukraina.  "Konflik ini harus dihentikan sekarang," tegasnya, menambahkan, peristiwa tersebut bisa menjadi perang terburuk sejak awal abad ini.

Guterres sangat prihatin dengan perkembangan terakhir terkait konflik Rusia-Ukraina. Ia menekankan, pasukan Rusia yang dikerahkan di Ukraina timur tidak akan menjadi penjaga perdamaian, seperti yang ditegaskan Moskow. Dia juga membantah klaim Putin bahwa etnis Rusia di Ukraina mengalami penyiksaan.

Amerika Serikat (AS) yang tidak menerima pembenaran Rusia untuk mengerahkan pasukan sebagai penjaga perdamaian, menuding Moskow mencari dalih untuk perang.

Baca juga : Happy Family Ramaikan Pasar Rak dan Storage Minimalis di Indonesia

Sebelumnya, Guterres, berjanji bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak akan pernah berhenti mencari solusi damai atas krisis Ukraina.

"Kita harus bersatu dan menghadapi tantangan ini bersama demi perdamaian dan untuk menyelamatkan rakyat Ukraina dan sekitarnya dari malapetaka perang," kata Guterres kepada wartawan di markas besar PBB di New York City.

"Sudah waktunya untuk kembali ke jalur dialog dan negosiasi," katanya. Ia juga berkomitmen untuk melakukan segala kemungkinan untuk menyelesaikan krisis ini tanpa pertumpahan darah.

Sebelumnya, Putin yang mengumumkan operasi militer di timur Ukraina demi membela Donetsk dan Luhansk, dua wilayah pro Rusia yang menyatakan merdeka dari Ukraina.

Hal ini dilakukan untuk membela milisi pro-Moskow yang berniat memisahkan wilayah itu dari Ukraina. Putin mengatakan, tindakannya memerintahkan operasi militer di Dobass sebagai tanggapan atas ancaman yang datang dari Ukraina.

Dia menegaskan, Rusia tidak memiliki tujuan untuk menduduki Ukraina. Putin menekankan, tanggung jawab atas pertumpahan darah terletak pada “rezim” Ukraina.

Baca juga : Lindungi Donbass, Putin: Saya Putuskan Operasi Militer Di Ukraina Timur

"Saya telah membuat keputusan operasi militer," katanya Putin dalam pernyataan mengejutkan di televisi sesaat sebelum pukul 6.00 pagi waktu setempat sebagaimana dikutip Associated Press (AP).

Dalam 24 jam terakhir, media Interfax memberitakan, 9.000 warga Donbass, lari ke Rusia. Sebagai informasi, Donbass terdiri dari 3 provinsi yaitu Donetsk, Luhansk dan Kharkiv. Rusia mendukung pembentukan Republik Donetsk dan Republik Luhansk pada Senin (21/2).

Perang di Donbass (juga disebut Perang di Ukraina atau Perang di Ukraina Timur) adalah konflik bersenjata yang berlangsung di wilayah Donbass, Ukraina.

Semenjak Maret 2014, demonstrasi kelompok pro-Rusia dan anti-pemerintah pecah di Oblast Donetsk dan Luhansk setelah pergerakan Euromaidan berhasil menjatuhkan pemerintahan Viktor Yanukovych yang pro-Rusia.

Euromaidan adalah serangkaian unjuk rasa dan kerusuhan di Ukraina yang dimulai pada malam 21 November 2013 setelah meletusnya demonstrasi yang meminta integrasi yang lebih erat dengan Uni Eropa.

Demonstrasi tersebut kemudian berubah menjadi konflik bersenjata antara pasukan separatis Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk melawan tentara pemerintah Ukraina. Dukunga Rusia bagi mereka seperti telah menyelamatkan mereka dalam 8 tahun terakhir.

Baca juga : Jelang Puasa, Daging Sapi Berkualitas Berdikari Diminati RPH

“Keadaannya mengharuskan kita mengambil langkah tegas dan cepat. Warga Republik Donbase meminta bantuan dari Rusia,” ujar Putin dalam siaran persnya yang disiarkan media Rusia, dilansir Channel News Asia, kemarin.

“Tujuannya adalah melindungi warga yang selama 8 tahun menderita akibat serangan dan genosida dari rezim Kiev,” tambah Putin.

Putin pun memperingatkan negara-negara lain bahwa setiap upaya untuk mengganggu tindakan Rusia akan mengarah pada konsekuensi yang belum pernah mereka lihat. Tak lama setelah pidato Putin, ledakan dilaporkan terjadi di Ibu Kota Ukraina, Kiev, dan sejumlah kota di Ukraina. [MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.