Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Dua tahun lebih, pandemi Covid-19 melanda dunia. Selama itu pula, industri cafe dan restoran mengalami pukulan berat.
Sekarang, setelah angka kasus Covid-19 mulai melandai dan relaksasi pembatasan kegiatan masyarakat diterapkan pemerintah, rasa optimisme akan bangkitnya industri cafe dan resto pun kembali meningkat.
“Sekarang saatnya kembali menjalankan bisnis cafe dan resto secara offline lagi. Nggak ada salahnya sistem online dan offline berjalan simultan,” kata Ketua Bidang Pelatihan Bisnis Apkulindo (Asosiasi Pengusaha Kuliner Indonesia) Pusat Giri Buana dalam webinar bertajuk Mengulik Kiat Bangkit Usaha Cafe & Restoran di Era Pandemi yang digelar Validnews, Rabu (30/3).
Giri memastikan, regulasi PPKM yang membatasi kegiatan masyarakat menjadi faktor utama yang menghambat jalannya bisnis cafe dan resto. Nah, di awal 2022, setelah semuanya sudah dilonggarkan, potensi bisnis ini kembali membesar.
“Ini kesempatan, karena salah satu pangsa pasar terbesar adalah beraktivitasnya anak sekolah dan kantor. Itu membuat kami optimistis kembali membangun bisnis kuliner. Asal punya konsep dan target market yang jelas,” katanya.
Untuk diketahui, sepanjang 2019 sebelum terjadi pandemi, total usaha penyedia makan minum di Indonesia sejumlah 4.008.927 usaha. Jumlah tersebut terdiri dari 12.602 usaha skala menengah besar (UMB) dan 3.996.325 usaha skala menengah kecil (UMK).
Selama tahun tersebut, akumulasi pertumbuhan industri makanan minuman (mamin) berhasil menyentuh 7,78 persen (cumulative to cumulative/coc). Namun, pertumbuhan itu tiba-tiba terganggu Covid-19, sehingga pada 2020 industri mamin nasional hanya tumbuh 1,58 persen (coc).
Selain alasan menjaga kesehatan, penurunan pertumbuhan industri mamin tersebut diprediksi juga terjadi karena masyarakat mengurangi pengeluaran.
Baca juga : MU Relakan Pogba Minggat
“Ini hasil analisis kami berdasarkan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan peningkatan total simpanan bank pada awal 2022,” kata Rikando Somba, CEO Pusat Riset Visi Teliti Saksama.
Hal ini sejalan dengan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per Januari 2022 yang menyebutkan nilai total simpanan bank umum tercatat Rp7.439 triliun. Jumlah tersebut naik sebesar Rp800,4 triliun atau bertambah sebanyak 12,06 persen (YoY).
Pertumbuhan jumlah simpanan itu, menurutnya, tak terlepas dari masih adanya sikap yang terpecah di masyarakat. Di satu sisi, ada kelompok masyarakat yang optimistis, kondisi sudah aman dan pandemi segera berakhir Di sisi lain, masih ada kelompok masyarakat yang masih kahawatir dengan pandemi.
Uniknya, dari hasil survei, kata Rikando, dua kelompok ini sama-sama punya keinginan keluar menikmati kuliner secara dine in di cafe atau resto utuk melepas penat. Sikap inilah yang menjadi potensi besar dari binis cafe dan resto secara offline.
Rikando membeberkan, dari dua kelompok ini, ada satu kesamaan, sama-sama ingin keluar menikmati kuliner, berwisata dan sebagainya.
“Dari beberapa segmen responden yang kami riset, ada yang menghabiskan Rp 1 juta-Rp 5 juta per bulan per individu untuk wisata kuliner atau ngopi. Bahkan ada yang sampai menghabiskan Rp30 juta meskipun jumlahnya hanya 3 persen,” tutur Rikando.
Kesamaan lainnya, sekalipun berani untuk berkunjung ke cafe atau resto dan makan secara dine in, mayoritas dari kedua kelompok tersebut, sama-sama punya sikap mementingkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker atau menggunakan hand sanitizer.
“Uniknya, ada faktor keramaian sebagai penentu. Ketika melihat satu cafe yang akan dikunjungi, kapasitasnya lebih dari 75 persen, sebanyak 88,39 persen responden memilih membatalkan niatnya untuk berkunjung dan mencari lokasi lain,” ucapnya.
Baca juga : Maaf, Lionel Messi Ditolak Kembali Ke Barcelona
Genjot Digitalisasi
Sementara, di tengah fokus untuk menggarap potensi bisnis cafe dan resto konvensional, Destry Anna Sari, Asisten Deputi Konsultasi Bisnis dan Pendampingan Deputi Bidang Kewirausahaan Kemenkop UKM mengingatkan, para pelaku UMKM khususnya di sektor kuliner untuk serius melakukan digitalisasi usaha.
Dia menyebut, saat ini ada 64,2 juta UMKM di Indonesia. Jumlah tersebut mencakup 99,9 persen usaha di nusantara. Sayangnya, dari 99 persen populasi usaha, hanya 18,83 persen yang sudah terhubung secara digital.
“Sektor kuliner merupakan potensial winner di masa pandemi, apalagi yang memperhatikan aspek kesehatan, ramah lingkungan dan berbasis alam,” ujarnya.
Dengan digitalisasi yang dijalankan, dia mengatakan, para pelaku UMKM kuliner bisa punya akses pasar yang lebih luas. Bahkan, bisa mengakses pengadaan barang dan jasa pemerintah secara online.
Dia menjamin, saat ini pemerintah akan memprioritaskan produk lokal khususnya dari UMKM untuk mengisi kebutuhan barang dan jasa pemerintah.
“Pengadaan barang dan jasa pemerintah nilainya sampai Rp400 triliun per tahun. Termasuk ada kebutuhan makanan dan minuman di situ. Resto dan cafe bisa menawarkan paket-paket makanan dan minuman untuk acara pemerintah,” kata Destry.
Sementara, Giri Buana sepakat, digitalisasi tak bisa diabaikan begitu saja oleh pelaku usaha kuliner sekalipun efek pandemi sudah mulai mereda.
Baca juga : Dianiaya Hingga Patah Kaki, Kakek Priyanto Lapor Polisi
“Pandemi mengajarkan kita untuk pintar melakukan efisiensi. Konsep ghost kitchen buat usaha kuliner misalnya, memangkas banyak investasi dan overhead cost. Makanya itu sangat berkembang di luar negeri. bukan sekadar karena ada pandemi tapi memang sudah saatnya era seperti ini,” ujarnya.
Selain itu, dia juga menyarankan para pelaku usaha cafe dan resto untuk terus berinovasi pada produknya.
“Jangan terlalu yakin produk kita sudah kuat. Inovasi tetap perlu. Jangan pikir sudah go digital dengan daftar di GoFood atau GrabFood kita tinggal duduk manis. Banyak hal teksnis yang harus kita kuasai, seperti foto produk dan grafis yang bagus di online,” jelasnya.
Terakhir, dia mengingatkan para pelaku usaha kuliner untuk memperhatikan standarisasi produk makanan dan minumannya.
“Meski di usaha cafe dan resto ada sesuatu yang bisa kita jual seperti kenyamanan, estetika atau suasana outdoor, produk makanan tetap penting. Kalau enak mereka akan kembali. Dan enaknya itu harus konsisten (terstandar),” pungkasnya. [REN]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya