Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pengamat Beberin 3 Faktor Yang Pengaruhi Pembangunan BTS Di Daerah 3T

Jumat, 15 April 2022 19:20 WIB
Ilustrasi menara BTS. (Foto: ist)
Ilustrasi menara BTS. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Praktisi Kebijakan Publik, Alamsyah Saragih mengatakan, ada tiga faktor yang mempengaruhi capaian pembangunan Base Tranceiver Station (BTS) di daerah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T), yakni kondisi geografis, keamanan, dan pembayaran kepada subkontraktor.

Terkait alasan gangguan keamanan yang menjadi penyebab kelambatan pembangunan, Mantan Komisioner Ombudsman ini menjelaskan di wilayah Papua dengan gangguan keamanan tinggi, masih ada konsorsium yang berhasil mencapai Ready For Installation (RFI) hingga 89 persen sites. 

Lintas Arta dan Huawei relatif berpengalaman dalam pembangunan menara BTS out door. Manajemen logistik relatif baik, dan pembayaran kepada subkontraktor tak bermasalah.

Baca juga : Sidak Ke Cipete, Menperin Temukan Penyimpangan 78 Ton Migor Curah Subsidi

"Di wilayah kerja IBS-ZTE hanya mencapai 31 persen. Berdasarkan informasi dari lapangan, selain terjadi insiden penembakan pekerja, juga pernah terjadi kendala akibat sistem pengangkutan material yang sekaligus dan tak tersortir. Akibatnya terjadi penumpukan di gudang dan diperlukan waktu agak lama untuk melakukan penyortiran dan pengiriman ke lokasi. Pembayaran kepada subkontraktor relatif tak bermasalah," jelas Alamsyah, Jumat (15/4).

Namun demikian, di luar Papua dan Papua Barat, yang dikerjakan oleh konsorsium Fiberhome, Telkom Infra dan MTD hanya mencapai 57 persen RFI meskipun tingkat risiko keamanan rendah. Konsorsium ini memiliki persoalan pembayaran kepada subkontraktor. Beberapa subkontraktor level-2 terpaksa menurunkan kecepatan kerja akibat tagihan tak dibayar sesuai perjanjian.

Oleh karena itu, Alamsyah menyarankan, dilakukan evaluasi teknis untuk fungsionalitas BTS yang sudah dibangun untuk mengetahui apakah service standard dapat terpenuhi dan tak berbeda satu dengan lainnya.

Baca juga : Menperin Larang Industri Pakai Solar Subsidi

Sebelumnya Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Indonesia (BAKTI) melaporkan saat ini dari 4.200 BTS yang ditargetkan selesai pada Maret 2022 sebanyak 1900-an BTS sudah selesai dibangun dan memberikan layanan (on air).

"Saat ini, rata-rata progres pembangunan BTS 4G fase pertama 1.900 lokasi sudah on air, dan 2.300 lokasi lainnya mencapai 86 persen," ujar Direktur Sumber Daya dan Administrasi Bakti, Fadhilah Mathar dalam keterangan tertulisnya seperti dikutip Jumat (15/4).

BAKTI menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkannya seperti tantangan geografis dimana pembangunan BTS 4G mayoritas bertempat di desa di daerah 3T yang sangat sulit dijangkau, hambatan trasportasi serta pembatasan mobilitas barang dan orang akibat pandemi.

Baca juga : Pengawasan Harga Jadi Kunci Pengendalian Rokok Murah

Selain itu, kelangkaan pasokan microchip secara global dan gangguan keamanan yang secara spesifik terjadi di Papua, di mana jumlah lokasi BTS yang dibangun di Papua dan Papua Barat mencapai sekitar 65 persen dari total BTS yang dibangun oleh BAKTI di seluruh Indonesia juga menjadi penyebab keterlambatan pembangunan BTS 4G di daerah 3T. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.