Dewan Pers

Dark/Light Mode

PUSKEPI: Pemerintah Harus Segera Koreksi Kuota BBM Bersubsidi Solar Dan Pertalite

Jumat, 29 Juli 2022 17:10 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (PUSKEPI) Sofyano Zakaria menyarankan pemerintah segera mengambil sikap dan keputusan untuk mengoreksi kuota BBM bersubsidi Solar dan Pertalite.

"Jadi ketika pada waktunya kuota telah habis, Pertamina sebagai badan usaha yang ditugaskan untuk menyediakan dan mendistribusikan BBM PSO dapat tetap lancar melaksanakan distribusi BBM ke masyarakat," ujarnya, Jumat (29/6).

Selain itu, Sofyano juga menyarankan, penambahan kuota harus disampaikan ke DPR sedini mungkin.

"Harus segera pula mendapat persetujuan DPR agar tidak terjadi jadi kelangkaan BBM yang justru malah menimbulkan masalah serius bagi pemerintah," ingat Sofyano.

Pertamina Patra Niaga sebagai badan usaha, lanjutnya, juga perlu mendapatkan kejelasan dan perintah tertulis dari pemerintah untuk tetap melakukan distribusi BBM bersubsidi sebagaimana mestinya, jika terjadi over kuota.

"Kejelasan terkait over kuota dan penambahan kuota ini dapat menjadi dasar bagi Pertamina Patra Niaga dalam bertindak termasuk sebagai dasar hukum atas biaya yang timbul akibat itu," tuturnya.

Berita Terkait : KPK Tahan Tersangka Korupsi Stadion Mandala Krida Yogyakarta

Koreksi penambahan kuota BBM bersubidi tidak bisa menunggu hasil pelaksanaan pengendalian pembelian BBM bersubsidi.

"Jika melihat dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, over kuota adalah hal yang sudah terbukti terjadi dan saya rasa sulit mengatasi ini secara maksimal," beber Sofyano.

Pengendalian, memang bisa dilakukan. Namun Sofyano tak yakin, hasilnya bisa maksimal. "Dan sebaiknya jangan bebankan soal pengendalian kuota kepada Badan Usaha, tapi harusnya ini jadi domain langsung BPH Migas sebagai badan yang tupoksinya terkait BBM subsidi," sarannya.

Sofyano mengingatkan, kekosongan atau kelangkaan BBM dalam hitungan hari saja akan berdampak luar biasa terhadap perekonomian dan terhadap masalah sosial, politik, dan keamanan.

PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Patra Niaga mencatat konsumsi atau kuota Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan (JBKP) yakni RON 90 atau Pertalite semakin menipis, atau hingga Juni 2022 kemarin tersisa 8,8 juta Kilo Liter (KL) saja.

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting merinci,, sampai Juni 2022 konsumsi BBM Pertalite sudah menembus 14,2 juta KL dari target yang dicanangkan pemerintah dan DPR pada tahun ini, sebesar 23 juta KL.

Berita Terkait : Puluhan UMK Kalimantan Selatan Siap Berjualan di Marketplace Pertamina

Dalam hitungan kasar, kata Irto, selama enam bulan atau semester pertama ini, pemakaian BBM Pertalite mencapai 14,2 juta. Artinya, jika selama enam bulan ke depan kuota BBM Pertalite tersisa 8,8 juta KL, maka jumlah itu tidak akan mencukupi untuk akhir tahun.

Artinya, akan terjadi over kuota. Oleh karena itu, butuh pembatasan segera penggunaan konsumsi BBM Pertalite tersebut. "Jika dilihat konsumsi per Juni, tanpa ada pengaturan, maka akan over kuota," tuturnya.

Saat ini pemerintah dan Pertamina sedang merumuskan pembatasan pembelian Pertalite sesuai dengan kriteria tertentu untuk kendaraan roda empat, agar penggunaannya bisa lebih tepat sasaran.

Hal itu dilakukan dengan membuka pendaftaran ke website MyPertamina bagi kendaraan roda empat yang berhak mengisi BBM Pertalite tersebut.

Terdapat 50 Kota/Kabupaten yang sudah dibuka pendaftarannya. Pengaturan sesuai kriteria yang berhak itu merupakan salah satu opsi untuk menekan over kuota.

 

Sebelumnya Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah memastikan tidak akan ada tambahan alokasi kuota untuk Pertalite maupun Solar.

Berita Terkait : NasDem Dorong Peningkatan Kualitas Pendidikan Dan Kesehatan

Said bahkan menyarankan agar Pertamina dapat melakukan pembatasan dengan program yang saat ini sedang berjalan. Tidak ada penambahan kuota.

"Banggar memberikan kesempatan bagi Pertamina membangun sistem baik lewat MyPertamina atau dengan sidik jari, karena barang subsidi adalah barang yang diperuntukkan 40 persen masyarakat bawah," ingatnya. 

Saat ini, Pertamina sendiri memang masih membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin mendaftarkan kendaraannya sebagai pengguna BBM Pertalite maupun Solar subsidi.

Hal tersebut dilakukan sebagai upaya perusahaan mengendalikan kuota volume kedua BBM tersebut. Said optimis, jika pembatasan tersebut dapat dilakukan, maka kuota BBM Pertalite maupun Solar akan aman hingga akhir tahun ini.

"Sama halnya dengan elpiji tabung 3 kg yang terus bertambah dari 3 juta metrik ton sekarang sudah 8 juta metrik ton. Jika terus minta pertambahan, artinya kemiskinan naik tajam, padahal faktanya tidak," tandasnya. ■