Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
RM.id Rakyat Merdeka - Belum lama ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis potensi kekeringan di sejumlah wilayah di Indonesia. Dari hasil analisis BMKG berdasarkan monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) per tanggal 30 Juni 2019, terdapat potensi kekeringan meteorologis (iklim) di sebagian besar Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan kriteria panjang hingga ekstrem.
Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu daerah yang terancam kekeringan ekstrem. Sejumlah wilayah di Jawa Barat seperti Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, Indramayu, Cirebon, Majalengka, Sukabumi Selatan dan Cianjur Selatan mengalami potensi kekeringan dengan kategori Awas.
Sebagai mitigasi kekeringan ekstrem yang berpotensi terjadi, Jasa Tirta II terus menata pengelolaan pasokan air Sungai Citarum dan fungsi Waduk Jatiluhur, sebagai sumber air bagi masyarakat Jawa Barat bagian Utara dan DKI Jakarta. 90 persen air waduk digelontorkan untuk mengairi irigasi di Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten/Kota Bekasi. Sisanya, untuk air baku industri dan air minum di Jawa Barat dan sebagian DKI Jakarta.
Baca juga : Kendalikan Inflasi, Pemerintah Dan BI Jaga Pasokan Pangan
“Untuk mitigasi kekeringan, kita kelola dan jaga cadangan dengan suplai air sesuai kapasitas kebutuhan areal tanam. Terutama, dengan memperhatikan kapasitas saluran dan melakukan pengaturan pembagian air," ucap Direktur Utama Jasa Tirta II, U Saefudin Noer di sela kunjungan kerjanya di Bendung Ranggon, Karawang, Jawa Barat, Kamis (25/7).
Di tengah 200 petani dan masyarakat Desa Sarijaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Direktur Utama Jasa Tirta II U. Saefudin Noer menyampaikan Jasa Tirta II memberlakukan piket pengaturan jadwal pemberian air atau gilir giring air, untuk menjaga pasokan air irigasi. Tujuannya, agar petani bisa tanam dan semai secara bergantian, sehingga bisa panen di musim kemarau.
"Ketersediaan air di saluran akan selalu dimonitor oleh Jasa Tirta II melalui petugas pintu air, dan memberikan pemahaman penggunaan air dari pengamat saluran kepada petani,"ujarnya.
Baca juga : Mata Ingin Pogba Bertahan di MU
Upaya pengelolaan pasokan air menjadi krusial dilakukan saat memasuki musim kemarau. Apalagi, isu prediksi kemarau panjang sebagai dampak perubahan iklim juga turut mewarnai.
Lahan pertanian di Kabupaten Karawang, Subang dan sebagian barat Indramayu menjadi areal prioritas mitigasi antisipasi kekeringan dengan menjaga pompa, kebersihan bendungan, bendung dan saluran. “Wilayah Karawang, Subang, Bekasi, Purwakarta dan sebagian Indramayu sampai saat ini masih dapat terairi dengan cukup,” kata Saefudin Noer.
Sementara itu, pengaturan air di daerah Indramayu sampai Cirebon belum dapat dilakukan, karena sumber air dari Waduk Jatigede belum masuk dalam pengelolaan Jasa Tirta II.
Baca juga : Minta Maaf, Nunung Janji Tak Mau Pakai Sabu Lagi
Sejak berdiri pada 1967, Jasa Tirta II hanya memiliki kewenangan di dua wilayah sungai pada sebagian provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta, dari 128 wilayah sungai yang ada di Indonesia.
"Di bawah pengelolaan Jasa Tirta II, air akan dapat teraliri ke para petani walaupun dalam kondisi kekeringan," tutup Saefudin Noer. [HES]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya