Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pemerintah Kudu Kerja Ekstra Demi Pertumbuhan Ekonomi 5,3 Persen

Selasa, 8 November 2022 06:26 WIB
Foto: Ilustrasi/Ist
Foto: Ilustrasi/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Perlambatan ekonomi global di tahun 2023 akan terasa di Indonesia meski potensi resesinya kecil. Ekonom dari Bank Permata Joshua Pardede mengatakan, pemerintah perlu usaha ekstra jika ingin mencapai pertumbuhan 5,3 persen tahun depan. 

“Dari sisi demand permintaan turun, dan produktif sektor ekonomi masih akan ada tantangan yang cukup tinggi, sehingga untuk bisa tumbuh solid 5 persen mungkin masih ada kerja ekstra dari pemerintah,” ungkap Joshua, Senin (7/11). 

Demand yang dimaksud adalah menurunnya ekspor karena permintaan dari mitra dagang utama, yaitu Amerika Serikat dan Eropa mengalami penurunan. 

Kemudian sektor industri mulai merasakan dampaknya, misalnya sektor tekstil, maupun sektor yang bahan bakunya impor maupun berorientasi ekspor. 

Beberapa waktu lalu juga ramai disebut industri tekstil melakukan PHK massal. Tingkat pengangguran, kata Joshua, saat ini jauh lebih rendah saat awal pandemi. 

Bukan berarti jika resesi global, berhenti produktivitasnya, mungkin akan menurun tetapi tidak akan mengkhawatirkan seperti saat pandemi.  

“Kita melihat beberapa sektor akan terkena dampak. Namun jika dia bisa melakukan  efisiensi dan strategi bisnis, tentunya dia akan bisa membatasi (PHK),” jelas Joshua. 

Baca juga : Lestari Ingatkan Ancaman Dampak Perubahan Iklim

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, perekonomian Indonesia masih bagus.  

“Terlihat dari inflasi yang terus menurun. Tahun depan (2023) bisa menyentuh angka 5,3 persen,” kata Airlangga.

Bahkan, menurut Ketum Golkar itu, Indonesia dan negara Asia lainnya punya resiliensi jika resesi global terjadi pada 2023. 

Kemudian hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,72 persen pada kuartal III tahun 2022 secara year on year. 

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, di tengah kondisi global yang tidak menentu, Indonesia masih bisa menjaga perekonomian.

BPS mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2022 mencapai 5,72 persen secara tahunan (yoy). 

Kalahkan China Dan AS

Baca juga : Sampah Laut Berkurang 70 Persen

Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2022 yang mencapai 5,72 persen membuat Indonesia unggul dari China, AS, dan Eropa. 

Herry juga membeberkan sejumlah analisis yang membuat ekonomi Indonesia mampu bertumbuh dan bertahan di tengah prediksi ancaman resesi global yang mengganggu stabilitas.

“Ini cukup menarik, pertumbuhan ekonomi nasional tetap terproyeksi baik dibandingkan negara lain, karena preferensi kebijakan pemerintah yang adaptif dan produktif," kata Herry.

Herry mengatakan, kenaikan BBM dan cara penanggulangan dampak oleh pemerintah membuat kinerja ekonomi Indonesia tetap eksis.

"Pemerintah cukup lihai ya meski harga BBM naik. Ada upaya antisipasi melalui pemberian subsidi berupa BLT. Hal ini berdampak pada tingkat konsumsi rumah tangga yang tetap terjaga," tambahnya.

Selain itu, Herry juga menilai kinerja ekspor Indonesia turut menyumbang dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat di kuartal III.

"Kinerja ekspor Indonesia per september 2022 saja ada di angka 20 persen per tahun. Artinya, ada sentimen positif terhadap kegiatan ekspor yang berdampak pada tumbuhnya ekonomi," ucapnya.

Baca juga : Peran PNM Di Holding Ultra Mikro Pada Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Faktor tersebut juga menjadi tumpuan penting dalam resiliensi ekonomi Indonesia ketika menghadapi resesi global yang diprediksi bakal terjadi. 

Herry mengatakan, Indonesia akan mampu menghadapi badai resesi global ketika konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor terjaga. 

“Pemerintah harus tetap menjaga konsumsi rumah tangga serta kinerja ekspornya seperti subsidi BLT, dukungan modal UMKM," tandasnya.

Herry juga mengatakan, dengan ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan G20, maka hal ini menjadi momentum baik untuk meningkatkan kepercayaan dunia terhadap Indonesia.

"Ini variabel penting termasuk juga memicu menggeliatnya modal dan investasi di Indonesia," pungkasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.