Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

PESAD: Based-Implementation Sekaligus Pendekatan Advokasi Efektif Masyarakat di Daerah 3T sebagai Daily-Use Energy

Selasa, 10 Januari 2023 15:51 WIB
Pemasangan panel surya di atap rumah warga. (Foto: Istimewa)
Pemasangan panel surya di atap rumah warga. (Foto: Istimewa)

Rendahnya rasio elektrifikasi masyarakat desa di Indonesia, khususnya yang tersebar di daerah 3T semakin mempertanyakan komitmen Pemerintah Indonesia pada nilai SDGs ke-7 yaitu mengenai ketercapaian energi bersih dan terjangkau yang seharusnya dapat diakses oleh seluruh masyarakat secara terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern. Secara prematur, dapat dikatakan bahwa Indonesia tidak siap secara teknologi dan domestik untuk menyediakan elektrifikasi di rural area dengan masif kemudian.

Dibutuhkan komitmen yang lebih strategis dan komprehensif, karena keadilan dalam mendapatkan elektrifikasi juga merupakan hak warga negara yang wajib dipenuhi oleh pemerintah khususnya di daerah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal). Menurut PT PLN (Persero), masih ada sekitar 4.700 desa di wilayah 3T yang belum mendapat akses elektrifikasi (CNBC, 2022). Ini merupakan sinyal bahwa keterlibatan berbagai pihak dalam menyediakan akses elektrifikasi untuk semua harus semakin digalakkan, salah satunya dengan dimasifkannya implementasi elektrifikasi off-grid system yang memanfaatkan solar panel atau tenaga surya.  

Sebagai bentuk ekstensifikasi dari komitmen Indonesia akan kesadaran krisis iklim, khususnya terkait dengan pemanasan global, penggunaan energi berbasis tenaga surya dapat menjadi salah satu indikator dalam memangku kesadaran Bersama untuk mengurangi penggunaan sumber energi kotor seperti berbasis fosil. Mengutip Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Indonesia tahun 2021 hingga 2030 masif didorong kajian program-program energi bersih, termasuk upaya meningkatkan porsi kapasitas pembangkit EBT hingga sebesar 51,6% atau setara dengan 20,9 GW (PT PLN, 2021).

Baca juga : Empat Sekawan Ajak Masyarakat Kota Serang Untuk Bangga Terhadap KUHP

Tingkat efisiensi energi yang dihasilkan dari penggunaan tenaga surya sebagai pembangkit listrik sejalan dengan secara langsung berdampak pada pengurangan jumlah emisi karbon di udara. Terlebih apalagi proyeksi penggunaan dari panel surya ini sebagai ‘daily-use’ energi yang tentunya akan mengakselerasi kemampuan pemerintah pada komponen lapangan untuk mengoptimalisasikan penggunaan elektrifikasi berbasis panel surya ini. Mengingat bahwa penerapan teknologi off-grid panel surya, masih memiliki beberapa hambatan spesifik khususnya dalam konteks implementasi di daerah 3T yaitu adanya keterbatasan kapasitas sumber daya manusia.

Dalam mengimplementasikan penggunaan panel surya sebagai pembangkit listrik di daerah 3T yang berproyeksi daily-use, perlu didukung dengan tersedianya sumber daya manusia yang dapat diandalkan, baik saat persiapan, operasional, juga perawatan sistem nantinya. Oleh karena itu, terdapat kepentingan bersama untuk mengembangkan kapasitas masyarakat lokal di daerah 3T terkait aplikasi panel surya, baik dari segi teknis maupun non-teknis, melalui transfer teknologi dan pengetahuan.

PESAD (Pemuda Penggerak Solar Panel DesaI memiliki dasar yang fundamental yaitu ide mengenai mekanisme desentralisasi. Mekanisme ini muncul sebagai realisasi mengingat kebutuhan akan sumber energi untuk penyediaan akses elektrifikasi yang adil dan merata bagi seluruh pemukiman penduduk di Indonesia, khususnya daerah 3T masih belum optimal. Optimalisasi ide desentralisasi pada dasarnya sejalan dengan komitmen Indonesia untuk melakukan transisi energi secepatnya menuju EBT dan mewujudkan net zero commision (netralitas karbon) di tahun 2060 dalam rangka meninggalkan ketergantungan dengan produk-produk energi berbasis hidrokarbon atau fosil yang memberikan dampak pada krisis iklim semakin nyata dan terlihat (ESDM, 2021). Sehingga, dibutuhkan suatu alternatif yang kemudian dapat menyederhanakan permasalahan yang dihadapi masyarakat di daerah 3T, salah satunya yaitu memanfaatkan sumber energi alternatif lainnya yang secara analisis tidak menimbulkan hambatan yang signifikan, salah satu alternatif yang ditawarkan adalah energi surya. 

Menimbang bahwa kondisi astronomis Indonesia yang sangat strategis disertai dengan potensi letak geografis untuk pengembangan energi yang berbasis surya atau matahari, penulis menarik korelasi yang jelas antara potensi lama penyinaran matahari yang konsisten dan stabil di Indonesia, kondisi daerah 3T yang masih belum terakses energi dan elektrifikasi, serta komitmen Indonesia dalam netralitas karbon tahun 2060 menjadi suatu ‘mutualism symbiotic-effects’ (Bronstein, 2015) yang harus dikaji sebagai suatu langkah yang strategis. Sinkronisasi posisi geografis dan keuntungan yang ditimbulkan akibat posisi tersebut, Indonesia seharusnya dapat memaknai posisi letak astronomis Indonesia yang berada di 6o LU - 11o LS dan 95o BT - 141o BT dengan total rata-rata daya radiasi tahunan Indonesia adalah sekitar 1000 Watt/m2 (Suyanto, 2016). Posisi ini menggambarkan bahwa Indonesia mendapatkan penyinaran matahari sepanjang tahun yang maksimal (Media Indonesia, 2021). 

Mengutip Irena, International Renewable Energy Agency atau Badan Energi Terbarukan Internasional, energi matahari adalah energi yang paling potensial untuk dikembangkan, walaupun ada di wilayah yang berawan sekalipun. Ada dua generalisasi dalam penggunaan sumber energi matahari, yaitu menggunakan PV atau Solar Photovoltaic dan CSP atau Concentrated Solar Power. Namun, yang paling digunakan dan paling cepat perkembangannya di seluruh dunia adalah P. Teknologi solar panel dengan PV menjadi yang paling diminati dan ditargetkan potensial sebagai andalan dalam transformasi energi. Statistik Penggunaan energi surya di Indonesia dari tahun 2018 hingga 2020 mengalami peningkatan, di tahun 2018 mencapai 91.0 GWh, tahun 2020 meningkat menjadi 176.0 GWh, hal ini menandakan kesadaran penggunaan energi surya untuk sumber energi dan elektrifikasi diminati dan popularitasnya dapat diunggulkan di Indonesia. 

Baca juga : PERKENI Bersama Pemerintah dan Swasta Edukasi Masyarakat Terkait Diabetes

Mengingat kondisi daerah 3T menjadi salah satu daerah yang krisis terhadap elektrifikasi, sehingga pengembangan tepat diarahkan ke daerah 3T. Di Indonesia, jumlah daerah 3T total terdapat 122 wilayah (Putera, et al., 2018) yang masih mengalami beberapa permasalahan dalam pengembangan daerahnya seperti infrastruktur yang tidak memadai, Pendidikan yang tidak eksklusif, serta keterlambatan dalam modernisasi beberapa unsur-unsur dalam kehidupannya salah satunya teknologi dan energi.

Dalam Kampus Merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi salah satunya menyediakan beberapa program yang dapat mengakses lebih dari 1300 Universitas di Indonesia yang siap dalam dunia kerja serta berdampak bagi masyarakat. Salah satu program yang diajukan penulis untuk diintegrasikan dengan program kampus merdeka adalah program PESAD. Driver atau sebagai penggerak program ini adalah grup mahasiswa atau mahasiswa pilihan program pengabdian masyarakat kampus merdeka khusus pengembangan energi baru terbarukan, dengan basis solar panel yang berasal dari multidisiplin yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk mewakilkan secara sains, teknologi, sosial, dan budaya masyarakat agar selaras dengan tercapainya tujuan PESAD dalam menjadi driver penyedian elektrifikasi di daerah 3T (rural area). 

  1. Chapter 1: Kajian Studi EBT & Panel Surya 
  2. Chapter 2: Interactive Insight 
  3. Chapter 3: Pemberdayaan Volunteer PESAD
  4. Chapter 4: Pemetaan Daerah Strategis 
  5. Chapter 5: Advokasi Model Panel Surya (Pra-Implementasi) 
  6. Chapter 6: Observasi & Masa Uji Coba (Implementasi) 
  7. Chapter 7: Layanan Evaluasi & Saran (Pasca-Implementasi)

Pada akhirnya, strategi untuk mendesentralisasikan kepada masyarakat lokal di daerah 3T mengenai panel surya, sekaligus akan meringankan beban Indonesia terhadap ketergantungannya akan energi dan elektrifikasi yang berasal dari sumber hidrokarbon yang saat ini mulai ditinggalkan dan ditransformasikan. Pemilihan mahasiswa sebagai akselerator pengimplementasian PESAD yang bertujuan untuk mendominasi penggunaan panel surya atau solar panel sebagai sumber energi primer (daily-use function) atau utama di daerah 3T adalah tepat, karena hanya mahasiswa yang memiliki kapasitas, kapabilitas, dan intensi untuk menyebarluaskan effort (semangat) serta komitmen EBT di Indonesia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.