Dark/Light Mode

Akhir 2023, Smelter Manyar Rampung

Hilirisasi PT Freeport Indonesia Mantapkan Ekosistem Kendaraan Listrik

Kamis, 19 Januari 2023 13:12 WIB
Progres pembangunan smelter tembaga PTFI di JIIPE per akhir Desember 2022. (Foto: Dok. PTFI)
Progres pembangunan smelter tembaga PTFI di JIIPE per akhir Desember 2022. (Foto: Dok. PTFI)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tren dunia untuk mewujudkan energi bersih, mendorong berbagai pihak untuk mulai beralih ke moda transportasi tenaga listrik rendah emisi.

Permintaan tembaga dunia pun diyakini akan semakin meningkat, seiring melonjaknya permintaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan pengembangan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).

Terlebih, 65 persen kebutuhan tembaga dunia adalah untuk menghantarkan listrik.

 

Baca juga : Seleb & Pemilik Klub Optimis Sepak Bola Indonesia Maju Di Tangan Erick

 

Hal tersebut disampaikan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas dalam kunjungan para pemimpin redaksi media ke lokasi Smelter Manyar, yang tengah dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Jumat (13/1).

“Konsumsi tembaga untuk kendaraan listrik dan energi terbarukan, akan meningkat pesat. Sebanyak 65 persen tembaga di dunia, digunakan pada aplikasi penghantar listrik. Kendaraan listrik menggunakan tembaga 4 kali lebih banyak, dibanding kendaraan konvensional. Teknologi energi terbarukan menggunakan tembaga 4 sampai 5 kali lebih banyak, ketimbang pembangkit listrik berbahan bakar fosil,” papar Tony.

Keberadaan smelter tembaga dengan desain single line terbesar di dunia yang tengah dibangun PTFI ini, akan menjadi salah satu bagian dari ekosistem kendaraan listrik.

Baca juga : Ditarget Rampung Akhir Tahun, Proyek Smelter Freeport di Gresik Capai 51,7 Persen

Selaras dengan komitmen perusahaan, untuk mendukung agenda percepatan pengembangan industri hilir dan transformasi ekonomi nasional, PTFI akan terus memastikan kesinambungan pembangunan Smelter Manyar.

“Komitmen ini juga diperkuat dengan agenda pemerintah, untuk menciptakan ekosistem electric vehicle (EV) yang terintegrasi, dan membutuhkan lebih banyak tembaga dari dalam negeri,” jelas Tony.

Progres konstruksi Smelter Manyar telah mencapai angka 51,7 persen pada akhir Desember 2022, dengan biaya investasi 1,63 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Atau setara Rp 25 triliun dari nilai total investasi 3 miliar dolar AS atau sekitar Rp 42 triliun.

Capaian ini sesuai dengan kurva-S dari rencana kerja proyek yang telah disetujui pemerintah.

Baca juga : Pengamat INDEF Dukung Pemberian Insentif Kendaraan Listrik

“Walaupun sempat terhalang pandemi, saat ini kami telah mencapai kemajuan yang sangat signifikan. Konstruksi fisik, seluruhnya diperkirakan selesai pada akhir 2023, yang dilanjutkan dengan pre commissioning dan commissioning pada awal 2024. Sedangkan proses produksinya, bisa kita mulai pada bulan Mei 2024,” tutup Tony.

Smelter Manyar yang memiliki kapasitas produksi 1,7 juta dry metric ton (dmt) konsentrat tembaga per tahun, dapat menghasilkan 600 ribu ton katoda tembaga per tahun. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.