Dark/Light Mode

Bos BNI Paparkan Jurus Hadapi Tantangan Bisnis Tahun Ini

Senin, 10 April 2023 11:11 WIB
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar. (Foto: ist)
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI memastikan, perseroan akan terus konsisten memperkuat strategi operasional bisnis yang sehat dan berkelanjutan dengan selalu memantau mitigasi risiko.

Menurut Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, hal tersebut dilakukan agar perseroan memiliki daya tahan dan mampu mengantisipasi berbagai risiko global di tengah tantangan perbankan global. Kata dia, dinamika pasar keuangan yang cukup volatile sejak 2008 hingga akhir-akhir ini memang cukup menantang bagi perbankan nasional. 

Meski demikian, kejatuhan beberapa bank di Amerika tidak lantas berdampak terhadap perbankan di Indonesia. "Perbankan perlu memiliki strategi yang tepat, baik dari sisi missmacth yang harus dikelola serta risiko konsentrasi pada sisi aset maupun liabilitas. Artinya balance itu, kita harus jaga jangan sampai kita mengalami kesulitan,” ujarnya seperti ditulis, Senin (10/4).

Baca juga : Ini Jurus Pemerintah Dalam Kendalikan Inflasi

Royke mengatakan, risiko pasar atas investasi harus diperhatikan di mana aset harus memiliki fleksibilitas agar mudah dikelola. Komunikasi perusahaan kepada pihak eksternal harus dilakukan secara hati-hati karena menyangkut reputasi bank. 

Royke berpendapat, setiap perusahaan termasuk bank memiliki tujuan bisnis yang pada dasarnya merujuk pada pertumbuhan aset maupun liabilitas yang berkesinambungan dan market share yang terus tumbuh. “Jika tidak dikomunikasikan dengan baik akan direspons negatif baik oleh kreditur atau pun investor, jadi di dalam komunikasi ini peran paling penting dalam melakukan komunikasi dan corporate action,” ujarnya.

Tak hanya itu, Royke juga menyebutkan, perbankan juga penting dalam mengelola matching produk dan melakukan mitigasi risiko serta strategi funding terkait diversifikasi produk termasuk asset sales management hingga melakukan stress testing secara rutin atas potensi risiko yang mungkin terjadi.

Baca juga : Ramos Bakal Jadi Saingan CR7 Di Arab Saudi

Menurut dia, aset yang paling mengandung risiko adalah treasury asset yang merupakan bagian dari liquidity management. "Hal ini harus dilakukan secara optimal dengan menetapkan tujuan awal investasi dengan rencana bisnis bank yang telah ditetapkan. Jangan sampai tujuan awal tidak sesuai rencana,” kata Royke.

Selain itu, sambungnya, perbankan harus selalu memperhatikan kondisi pasar keuangan, sinyal-sinyal di market sehingga mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memperpanjang atau memperpendek durasi investasi. “Kita mulai melakukan penyesuaian aset dan tenor, bagaimana tingkat ranking likuiditas, kita harus melakukan penyusunan,” ujarnya.

Royke menambahkan, teknikal analisis juga penting untuk dicermati sebelum melakukan penempatan dana dan harus dengan risiko koridor yang terukur sehingga membatasi kerugian yang akan mungkin timbul dari risiko pasar.

Baca juga : Erick Thohir Sebut 3 Permen BUMN Jadi Landasan Hadapi Tantangan Global

“Kesimpulannya liquidity is a king, bagaimana sebuah bank bisa mengelola likuiditas dan memitigasi risiko. Kita benar-benar harus memperhatikan likuiditas bank dan juga harus melakukan perencanaan yang baik,” tegasnya. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.