Dark/Light Mode

Terumbu Karang Sumbang Lebih 50 Persen Oksigen Untuk Dunia

Selasa, 6 Juni 2023 14:41 WIB
Analis kebijakan publik Novelin Silalahi. (Foto: Istimewa)
Analis kebijakan publik Novelin Silalahi. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Analis kebijakan publik Novelin Silalahi menyoroti sikap manusia dalam menjaga sumber daya alam (SDA) yang dimiliki laut Indonesia.

Kata Novelin, sudah seharusnya manusia merawat dan menjaga keindahan spesies terumbu karang yang ada di laut. Sebab, terumbu karang menjadi rumah untuk menetapnya ribuan spesies penghuni laut lainnya.

"Terumbu karang keindahan atas dan bawah laut Indonesia sangat memukau para pengunjung dan pecinta laut. Namun banyaknya sampah laut seakan mengotori penglihatan kita," kata Novelin dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (6/6).

Dia bilang, terumbu karang membutuhkan sinar matahari yang cukup untuk mempertahankan hidupnya. Hal itu yang menjadi salah satu alasan manusia agar tetap menjaga kebersihan air laut.

"Terumbu karang ini juga menghirup karbondioksida dan menghasilkan oksigen yang berdampak pada bumi sebanyak kurang lebih 50-80 persen," tambahnya.

Baca juga : Pembangunan IKN Hampir 30 Persen, Basuki: Saya Pindah Duluan

Dia pun menyinggung catatan WHO bahwa sampah merupakan sesuatu dari hasil produktifitas kegiatan manusia yang tidak lagi didayagunakan. Hal ini juga didukung oleh isi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008 yang menyatakan, bahwa sampah merupakan sisa aktivitas keseharian manusia yang berupa organik dan anorganik yang memiliki sifat dapat terurai, serta tidak dapat terurai.

Lebih lanjut, dia menilai pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kuantitas sampah. Adapun sampah yang erat sekali dengan aktivitas manusia yakni sisa makanan, plastik, kaleng, botol, kardus, kertas, dan bahan atau barang sisa rumah tangga lainnya hingga limbah berbahaya yang dapat mengganggu keberlangsungan hidup manusia.

"Sampah laut merupakan salah satu faktor utama yang mengancam kehidupan laut, habitat laut, biota laut, hingga kesehatan manusia," sambung dia.

Sampah laut ini juga memiliki indikasi merugikan manusia dalam hal sosial dan perekonomian. Khususnya bagi masyarakat yang hidup di sekitar daerah pesisir. Dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang sampah plastik ke laut terbesar di dunia. Totalnya kurang lebih sebanyak 56.333 metrik ton setiap tahunnya.

"Data yang diterima dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2020, lautan Indonesia menghasilkan kurang lebih 1.772,7 gram sampah per meter persegi (g/m2). Jenis sampah yang paling banyak ialah sampah plastik, sampah kaca, keramik, logam, kayu, karet, kertas, dan kardus," jelas Novelin.

Baca juga : Ciptaker Dan Hilirisasi Jadi Senjata Pemerintah

Dirinya teringat dengan peristiwa nahas yang dialami paus sperma pada tahun 2018 lalu. Saat itu, paus sperma ditemukan mati di daerah perairan Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

"Di dalam perut paus tersebut menyimpan kurang lebih 5,9 kilogram sampah," ucap dia.

Parahnya lagi, menurut data WWF, 25 persen spesies ikan laut memiliki kandungan bahan mikroplastik yang merupakan partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter. Akibatnya dapat merusak terumbu karang yang merupakan tempat banyak biota bawah laut tinggal.

"Data yang diangkat dari KLHK 2015 menunjukkan sebanyak kurang lebih 5 persen terumbu karang yang masih dalam kondisi sangat baik, 27,01 persen dalam kondisi baik, dan 37,97 persen kondisi buruk, dan 30,02 persen dalam kondisi sangat buruk," beber mahasiswa Pascasarjana Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia tersebut.

Selain sampah, penggunaan bahan peledak, racun, jaring dasar yang digunakan untuk penangkapan ikan juga turut serta berkontribusi merusak terumbu karang.

Baca juga : Kemayoran Jadi Lokasi Perayaan Waisak Umat Budha Di Jakarta

Selain itu juga aktivitas penambangan, alat kapal, jangkar, reklamasi, buangan limbah rumah tangga dan industri, pemanasan global, bencana alam juga ambil bagian dalam merusak terumbu karang.

"Terumbu karang yang tadinya indah tinggallah kepingan bangkai terumbu karang yang mati, spesies hewan lainnya juga tak memiliki tempat lagi untuk berlindung, perlahan semua terancam punah, dan lautan Indonesia pun akan menjadi tempat bertumpuknya sampah apabila tidak diatasi dengan serius," tutur dia. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.