Dark/Light Mode

Fairatmos & BCG Luncurkan Laporan Potensi Teknologi Iklim di Asia Tenggara

Sabtu, 12 Agustus 2023 20:38 WIB
Rilis laporan Climate Technology: Southeast Asia`s Role in Combating Climate Change, oleh Fairatmos dan BCG. (Foto: Istimewa)
Rilis laporan Climate Technology: Southeast Asia`s Role in Combating Climate Change, oleh Fairatmos dan BCG. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Fairatmos, perusahaan teknologi iklim bermisikan untuk mempermudah proses pengembangan offset karbon berkualitas, berkolaborasi dengan Boston Consulting Group (BCG) merilis laporan terobosan berjudul "Climate Technology: Southeast Asia's Role in Combating Climate Change." Laporan ini mengungkapkan peluang signifikan yang ditawarkan oleh solusi berbasis alam (Nature-Based Solutions/NbS) di wilayah tersebut, dengan proyeksi potensi pasokan offset karbon sekitar 30 persen secara global pada 2030.

Didirikan pada 2022, Fairatmos berdedikasi untuk menciptakan dunia dengan keuntungan bisnis, manusia, serta lingkungan, dapat hidup berdampingan. Fairatmos pun bangga bekerja sama dengan BCG untuk menghadirkan laporan transformatif ini.

Baca juga : Mendikbudristek Serukan Investasi Lebih Besar dalam Pengembangan Anak Usia Dini di Asia Tenggara

"Potensi Asia Tenggara sungguh melimpah dalam menghadapi perubahan iklim melalui solusi berbasis alam. Sebagai perusahaan teknologi iklim pionir di Asia Tenggara, kami tergerak oleh visi bersama dalam membangun masa depan yang berkelanjutan dan berkomitmen untuk menjadi pelopor dalam solusi-solusi yang memberikan manfaat lingkungan dan sosial yang nyata,” ujar CEO Fairatmos Natalia Rialucky.

Laporan yang diluncurkan pada Indonesia Future of Climate Summit 2023 ini juga mengungkapkan wawasan kritis tentang potensi yang belum dimanfaatkan dari Asia Tenggara dalam mengurangi dampak perubahan iklim melalui adopsi solusi berbasis alam. Solusi-solusi ini mencakup beragam inisiatif, termasuk reboisasi, penanaman hutan, restorasi lahan basah, dan pertanian berkelanjutan, yang semuanya berkontribusi pada penyimpanan karbon dan konservasi biodiversitas.

Baca juga : Frisian Flag Indonesia Dukung Budaya Inklusif di Lingkungan Kerja

Meskipun potensi besar Asia Tenggara, laporan ini menyoroti berbagai tantangan di seluruh rantai nilai yang menghambat adopsi luas proyek NbS. Masalah terkait transparansi proyek, visibilitas permintaan, dan jaminan kualitas diidentifikasi sebagai hambatan yang harus diatasi secara kolaboratif untuk membuka potensi penuh wilayah ini dalam menghadapi perubahan iklim.

Managing Director dan Senior Partner dari BCG Yulius Yulius mengatakan, mengatasi perubahan iklim adalah usaha yang signifikan, yang keberhasilannya akan tidak mungkin dicapai tanpa kolaborasi. Agar kemajuan dapat dicapai dalam mempercepat penerapan solusi berbasis alam dan teknologi iklim, yang diperlukan dengan mendesak sekarang adalah tindakan kolektif dari para penyedia teknologi, pemimpin industri, pihak keuangan, pemerintah, dan regulator. "Dengan masa depan lingkungan kita ada dalam bahaya, setiap penundaan dalam melakukannya bisa berarti konsekuensi yang tidak dapat diubah bagi komunitas kita dan generasi mendatang,” ucapnya.

Baca juga : Ganjar Pranowo Optimalisasi Potensi EBT Dan Energi Hijau Di Jawa Tengah

Indonesia Future of Climate Summit 2023, acara bertema teknologi iklim pertama yang ramah karbon di Indonesia, diselenggarakan Fairatmos, Yayasan Paloma Sjahrir, dan Kadin Indonesia, di Hotel Dharmawangsa Jakarta. Kegiatan tersebut menghadirkan pemimpin, inovator, pembuat kebijakan, ahli industri, dan pemangku kepentingan dari berbagai sektor di Asia Tenggara untuk mengeksplorasi strategi inovatif dalam mengatasi tantangan ini dan mempercepat adopsi solusi berbasis alam.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.