Dark/Light Mode

Pernyataan KPBB Disentil Kemenperin: Pemahaman Emisi Mobil Listrik Harus Utuh

Sabtu, 21 Oktober 2023 17:22 WIB
Foto: Ist
Foto: Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kemenperin R Hendro Martono meluruskan pernyataan yang disampaikan Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Syafrudin.

Syafrudin menyebut, pernyataan Menperin Agus Gumiwang bahwa emisi mobil listrik lebih tinggi dibandingkan hybrid dan bensin merupakan pendangkalan upaya pemerintah untuk mendorong emisi karbon tahun 2060.

Dia menyebut, Ahmad Syafrudin tidak memahami konteks secara utuh dalam rapat kerja Kemenperin Dekarbonisasi yang dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2023 yang lalu.

"Dalam raker dibahas upaya-upaya strategis yang merujuk hasil beberapa studi di antaranya oleh McKinsey and company yang melihat dalam proses pembuatan Baterai BEV mengeluarkan emisi sekitar 40 persen lebih tinggi dibanding Hybrid dan Bensin karena proses ekstraksi mineral Lithium,Kobalt dan Nikel," ujar Hendro, Sabtu (21/10/2023).

Merujuk kajian di atas, Hendro mengatakan, untuk mencapai dekarbonisasi ekosistem mobil listrik diperlukan energi listrik yang renewable dengan mengurangi bauran sumber listrik dari fosil.

Baca juga : Kemenperin Kebut Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik

Baik untuk energi kendaraan listrik, juga processing mineral untuk pembuatan baterai itu sendiri.

Juga, fasilitas recycling baterai yang tersedia sehingga baterai bekas KBL Berbasis Baterai dapat didaur ulang atau dijadikan energi penyimpanan sekunder.

Sehingga, ekosistem "end to end" dari KBL Berbasis Baterai dapat terbentuk.

Selanjutnya Hendro menyampaikan kajian life cycle emission oleh Polestar dan Rivian tahun 2021 di Eropa, Amerika Utara, dan Asia Pasifik yang dilaporkan pada Polestar and Rivian Pathway Report (2023).

Hasil kajian itu, emisi yang dihasilkan kendaraan listrik lebih rendah, yaitu 39 tonnes of carbon dioxide equivalent (tCO2e), dibandingkan kendaraan listrik hybrid (HEV) sebesar 47 tCO2e, dan kendaraan konvensional atau internal combustion engine (ICE) yang mencapai 55 tCO2e.

Baca juga : Penguatan Kompetensi Guru dalam Bidang Bahasa dan Literasi di Asia Tenggara

"Angka emisi ini berbeda tidak terlalu jauh per ton CO2 per Km-nya jika bersamaan bensin yang digunakan lebih bio atau green fuel," imbuh Hendro.

Hendro menekankan, life cycle emissions menunjukkan jumlah total gas rumah kaca dan partikel yang dikeluarkan selama siklus hidup kendaraan mulai dari produksi hingga penggunaan dan pembuangan (disposal), ditunjukkan dengan satuan tonnes of carbon dioxide equivalent (tCO2e).

Masih adanya emisi ini sangat tergantung dari input energi bahan bakar dari hulu maupun hilir (kendaraan itu sendiri) dan secara gradual akan menurun jika bahan input ini dilakukan secara green fuel.

Ahmad disarankan melihat roadmap EV yang dibuat Kemenperin serta langkah strategis untuk masuk Net Zero Emission lebih cepat dari target Pemerintah tahun 2060 melalui sektor alat transportasi yang mengarah green mobility.

Yakni, dengan porsi EV roda dua dan empat yang lebih banyak di tahun 2035 dibanding kendaraan berbahan bakar fosil.

Baca juga : Pemerintah Dorong Penyediaan Tenaga Teknis Konversi Motor Listrik

"Dalam konteks PLTU dan emisi BEV, Hybrid dan ICE yang disebut KBPP tidak salah, yang salah, mereka memahami statement Menperin yang sepotong dan tidak utuh," tandas Hendro.

Hendro menyayangkan KPBB membuat acara diskusi dengan narasi negatif dan cenderung menyudutkan dengan tajuk "Sesat Pikir".

Menurutnya, Kemenperin senantiasa bekerja keras mewujudkan green mobility. Namun beberapa pihak justru mengolah opini dari potongan-potongan pernyataan tanpa disertai pemahaman konteks secara utuh, mendidik dan konstruktif.

Hendro mengingatkan perlunya kroscek sebelum menyampaikan berita dengan narasi destruktif terkait upaya positif yang telah dilakukan oleh Pemerintah.

"Kami memiliki kewajiban untuk memberikan koreksi pemberitaan yang dilengkapi dengan naskah teknokratis atas opini yang keliru serta cenderung menyudutkan," tegas Hendro.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.