Dark/Light Mode

BI Beberin Tantangan Jaga Stabilitas Sistem Keuangan

Senin, 23 Oktober 2023 16:13 WIB
Deputi Gubernur Bank Indonesia BI Juda Agung. (Foto: Ist)
Deputi Gubernur Bank Indonesia BI Juda Agung. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) semester I-2023 tetap terjaga sejalan dengan berlanjutnya pemulihan perekonomian domestik di tengah masih tingginya ketidakpastian perekonomian global. Terjaganya SSK tecermin dari ketahanan sistem keuangan yang kuat, intermediasi yang membaik, dan inklusi keuangan yang meningkat. 

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan, konsistensi, inovasi, dan sinergi adalah tiga prinsip utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Selama semester I-2023, stabilitas sektor keuangan masih terjaga dengan baik meski dihadapkan pada lingkungan risiko suku bunga global yang tinggi dalam jangka panjang (higher for longer). 

Baca juga : Pasangan AMIN Sedang Cari Kapten Pemenangan

BI berupaya menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi dengan menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps menjadi 6,00 persen. “Hal itu, guna memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak meningkat tingginya ketidakpastian global, serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap imported inflation,” ujarnya dalam peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.41 September 2023 bertajuk ‘Konsistensi, Inovasi, dan Sinergi Mendorong Intermediasi untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan,’ di Solo, Senin (23/10/2023).

Selanjutnya untuk menghadapi tantangan ke depan, kata Juda, BI terus melakukan penguatan respon kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Pertama, mengembangkan inovasi kebijakan seperti penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), dan QRIS Cross Border.

Baca juga : Kemenperin Kebut Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik

Kedua, memperkuat ketahanan siber yang bersifat end to end  untuk memastikan keamanan data masyarakat yang berpengaruh pada kelancaran sistem pembayaran. “Ketiga, mendukung pembiayaan hijau melalui berbagai instrumen kebijakan dalam mengantisipasi tantangan perubahan iklim,” ungkapnya.

Sementara, dari initisari Buku Kajian KSK diungkapkan, KSSK ke depan masih akan tetap terjaga, ditopang oleh sinergi dan inovasi kebijakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), serta bauran kebijakan BI, termasuk kebijakan makroprudensial akomodatif. 

Baca juga : Firli Bahuri Tak Penuhi Panggilan Polda Metro, Wakil Ketua KPK: Ada Agenda Lain

BI terus mendorong inovasi kebijakan makroprudensial yang difokuskan untuk memperkuat peran sektor keuangan dalam intermediasi melalui implementasi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) pada 4 sektor ekonomi dan kebijakan Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan pendalaman pada suku bunga sektor-sektor hilirisasi. 

“Selain itu, Bank Indonesia melanjutkan kebijakan akomodatif terhadap instrumen kebijakan makroprudensial rasio Countercyclical Capital Buffer (CCyB), Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM), dan Rasio Loan To Value (LTV),” kutipan kajian tersebut. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.