Dark/Light Mode

Wow, Ekspor Kopi RI Tembus Rp 8,2 T

Kamis, 3 Oktober 2019 13:44 WIB
Dirjen Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim. (Foto: ist)
Dirjen Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia memiliki peluang dalam pengembangan industri pengolahan kopi. Selain punya pasar yang besar, juga didukung dengan potensi bahan baku. Oleh karena itu, diperlukan upaya strategis, seperti hilirisasi dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan peningkatan kapasitas produksi.

“Indonesia adalah negara produsen biji kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia dengan produksi rata-rata sekitar 700 ribu ton per tahun atau sekitar 9 persen dari produksi kopi dunia. Maka itu, biji kopi yang diolah di dalam negeri terus kami pacu,” kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Abdul Rochim di Jakarta, Kamis (3/10).

Menurut Rochim, dengan didorong oleh pertumbuhan kelas menengah dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia, kinerja industri pengolahan kopi di dalam negeri mengalami peningkatan yang signifikan. “Contohnya, kita melihat roastery, cafe dan warung atau kedai kopi berkembang pesat, baik di kota besar maupun kota kecil,” tuturnya.

Baca juga : Semester I, Ekspor Batik Nasional Tembus Rp 254 M

Melalui perkembangan tersebut, Indonesia yang awalnya dikenal sebagai produsen kopi, perlahan berkembang menjadi negara konsumen kopi. Bahkan, industri pengolahan kopi nasional tidak hanya menjadi pemain utama di pasar domestik, tetapi juga telah merambah sebagai pemain global.

“Ekspor produk kopi olahan memberikan pemasukan kepada devisa yang cukup besar pada tahun 2018, dengan mencapai 579,98 juta dolar AS (Rp 8,2 triliun) atau meningkat 19,1 persen dibanding tahun 2017,” ungkap Rochim. 

Ekspor produk kopi olahan dari Indonesia yang didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi, telah menembus ke sejumlah pasar mancanegara di ASEAN, China, dan Uni Emirat Arab. Kemenperin juga mencatat, perdagangan produk kopi olahan pada tahun 2018 mengalami surplus lebih dari 420 juta dolar AS. Surplus perdagangan produk kopi olahan tahun 2018 meningkat 10,28 persen dari surplus tahun 2017.

Baca juga : 3 Hari Pameran Di Jepang, Ekspor Perikanan Tembus Rp 607 M

“Dengan potensi pasar di dalam dan luar negeri yang masih terus berkembang, kami gencar memacu kinerja industri pengolahan kopi nasional agar bisa lebih berdaya saing global. Apalagi, sektor ini termasuk dalam kelompok industri makanan dan minuman, yang mendapat prioritas pengembangan sesuai dengan peta jalan Making Indonesia 4.0,” paparnya.

Adapun kebijakan pengembangan industri pengolahan kopi di dalam negeri yang telah dijalankan, antara lain melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) seperti barista, roaster, penguji cita rasa (cupper). Kemudian, peningkatan nilai tambah biji kopi di dalam negeri dan peningkatan mutu kopi olahan utamanya kopi sangrai (roasted bean) melalui penguasaan teknologi roasting,.

“Kami juga mendorong pengembangan standar produk melalui SNI dan standar kompetensi kerja (SKKNI). Kami berharap di masa depan, Indonesia menjadi eksportir utama produk kopi olahan di Asia dan dunia. Apalagi, minum kopi telah menjadi gaya hidup masyarakat saat ini,” imbuhnya.

Baca juga : Ekspor Karet Terus Naik

Rochim menambahkan, Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi terbaik dunia berdasarkan keragaman indikasi geografisnya. Saat ini, telah terdaftar 31 indikasi geografis kopi di Indonesia dan masih terus bertambah. “Indonesia juga dikenal sebagai negara yang membudidayakan kopi varietas arabika, robusta, dan liberika,” sebutnya. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.