Dark/Light Mode

Ekonom UI Teguh Dartanto

Hilirisasi Kudu Digenjot, Demi Pembangunan Berkeadilan Dan Berkelanjutan

Selasa, 26 Desember 2023 13:37 WIB
Pakar Ekonomi Pembangunan Universitas IndonesiaTeguh Dartanto (Foto: Istimewa)
Pakar Ekonomi Pembangunan Universitas IndonesiaTeguh Dartanto (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pakar Ekonomi Pembangunan Universitas Indonesia (UI), Teguh Dartanto mendukung pemerintah untuk mendorong industri hilirisasi dalam negeri, yang dapat menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat dan negara.

Dalam konteks besar industri kebijakan (industrial policy), hilirisasi atau downstreaming adalah upaya mendorong perekonomian, agar tidak hanya didominasi oleh sektor pertanian dan sektor primer. Tetapi juga bergerak ke arah industri manufaktur.

“Dalam konteks itu, hilirisasi harus kita dorong. Kita dorong, bagaimana raw material ini diproses dalam negeri, agar bisa  menjadi nilai tambah. Dalam konteks industrial policy, lebih komprehensif. Jadi hilirisasinya nggak sepotong-potong,” jelas Teguh kepada Media Center Indonesia Maju, Senin (25/12/2023).

Teguh yang juga Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) ini menegaskan, pemerintah harus serius menggarap industri hilirisasi dengan membangun roadmap atau peta jalan.

Sehingga, hilirisasi ini tidak selalu diasosiasikan pada industri pertambangan seperti nikel saja, tetapi juga industri pertanian yang memiliki potensi sangat besar seperti crude palm oil (CPO), hingga UMKM yang perlu diberdayakan.

Selain itu, menurut Teguh, hilirisasi juga harus memberikan dampak dan manfaat bagi warga sekitar industri. Karena itu, perlu kebijakan dari pemerintah untuk membangun industri hilirisasi yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Baca juga : PROPER Kudu Jadi Kompas Yang Mampu Memandu Bisnis Berkelanjutan

“Jangan sampai, barang sudah habis, masyarakat sengsara. Itu sebabnya, kita harus mendorong pembangunan yang berkelanjutan. Daerah tambangnya ditata dengan baik, lingkungannya juga diperhatikan. Ini penting untuk keberlanjutan kehidupan masyarakat di sana," papar Teguh.

"Memang pembangunan ini butuh endurance, konsistensi, dan persistensi,” tandasnya.

Peraih gelar doktor dari Nagoya University ini meyakini, jika pemerintah sukses mengembangkan industri hilirisasi, bukan tak mungkin Indonesia akan naik kelas menjadi negara maju.

Namun, menurutnya, tidak semua negara sukses menerapkan sistem industri hilirisasi tersebut.

Dia pun mencontohkan China, sebagai negara yang sukses membangun sistem industri hilirisasi, karena menerapkan kebijakan hilirisasi berkelanjutan.

China sukses membangun alur produksi dari barang mentah, setengah jadi, hingga menjadi barang jadi.

Baca juga : Picu Ekonomi Daerah, Ganjar Komit Dorong Pengembangan Desa Wisata

"Kalau industri berkelanjutan atau tahap ketiganya tidak dibangun, kita hanya menjadi eksportir barang setengah jadi," ujar Teguh.

Pemerintah, lanjutnya, harus terus mendorong kebijakan yang komprehensif dan konsisten serta persisten.

Ekosistem industri harus jalan. Dari menghasilkan raw material, menjadi barang setengah jadi.

"Intinya, kalau mau naik kelas, kita harus next level. Membangun ekosistem industri dari produk hilirisasi itu,” ujar Teguh.

Kalau pemerintah telah memiliki roadmap yang jelas terhadap industri hilirisasi, bukan tak mungkin, investor asing akan menanamkan modalnya di Indonesia, seperti yang selama ini diharapkan.

"Itu memberikan sinyal kepada investor yang akan datang, untuk menanamkan modalnya. Kalau itu clear, semua orang tahu petanya, bisa dijual dan dikomunikasikan dengan baik oleh investor, ini akan menjadi daya tarik,” tutur Teguh.

Baca juga : Prabowo: Koperasi Pilar Pembangunan Bangsa, Harus Diperkuat Dan Dikembangkan

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan komitmen Presiden Jokowi, untuk melakukan akselerasi hilirisasi sumber daya alam (SDA) Indonesia.

Bahlil mengatakan, Jokowi tak ingin SDA Indonesia tidak memberikan nilai tambah. Jangan sampai negara dan masyarakat rugi, akibat menjual dalam bentuk mentah atau bahan baku. 

Mantan Ketum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ini menilai, program hilirisasi bisa berkontribusi baik kepada Produk Domestik Bruto (PDB), serta mendukung kegiatan ekspor-impor.

Salah satu dampak positif dari hilirisasi terhadap perekonomian domestik adalah meningkatkan nilai tambah ekspor.

Bahlil menyebutkan, nilai ekspor komoditas nikel hanya mencapai 3,3 miliar dolar AS pada periode 2018. Namun, setelah larangan ekspor komoditas bijih nikel dan hilirisasi diberlakukan, nilai ekspor nikel terus meningkat hingga 33 miliar dolar AS pada 2022.

Hilirisasi, kata Bahlil, tak akan terfokus pada komoditas nikel saja. Sebagaimana tercantum dalam peta jalan atau roadmap hilirisasi 2040, pemerintah menargetkan nilai investasi dari hilirisasi mencapai 545,3 miliar dolar AS pada 2040, yang berasal dari 8 bagian dan 21 komoditas.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.