Dark/Light Mode

Kesuburan Tanah Turun, Produksi Stagnan

Waspada, Harga Beras Rawan Naik 20 Persen

Kamis, 1 Agustus 2024 07:05 WIB
Ilustrasi.
Ilustrasi.

RM.id  Rakyat Merdeka - Kondisi pertanian di Indonesia tengah menghadapi tantangan tak mudah. Kesuburan tanah menurun, produksi stagnan dan mayoritas petani sudah berusia tua. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan terobosan. Salah satunya, mempertimbangkan pemanfaatan bioteknologi.

Perum Bulog optimistis pe­manfaatan bioteknologi bisa menjadi harapan dan jawaban atas masalah-masalah yang se­lama ini dihadapi sektor pangan atau pertanian di Indonesia. Sekaligus bisa mengantisipasi krisis pangan yang mungkin terjadi di masa mendatang.

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menekankan, jumlah penduduk, baik dunia maupun Indonesia akan terus bertambah.

Bagi Indonesia, kata dia, kira-kira akan mengalami pertamba­han penduduk hingga 50 juta orang dalam jangka waktu 20 hingga 25 tahun ke depan.

Baca juga : KIT Batang Dilirik Banyak Pengusaha

“Sehingga perlu ada inter­vensi untuk menjaga ketahanan pangan,” ujar Bayu dalam acara sarasehan Pertanian Berkelanju­tan dan Adopsi Teknologi Modern di Jakarta, Rabu (31/7/2024.

Ia menilai, praktik business as usual atau cara biasa akan membuat produksi beras justru menurun dan harga akan naik.

Padahal, lanjutnya, ada poten­si pengembangan teknologi yang memberikan prospek yang baik dalam meningkatkan produkti­vitas petani.

“Tanpa pemanfaatan teknolo­gi, kami memproyeksikan pada 2050 jumlah produksi beras akan turun hingga 20 persen. Namun harga akan naik hingga 20 persen,” warning-nya.

Baca juga : Dana Bansos Rp 630 M Masih Ngendon Di Bank

Mantan Wakil Menteri Per­tanian ini menuturkan, dalam jangka waktu 40-50 tahun terakhir, produktivitas padi Indo­nesia meningkat dengan cukup signifikan. Bahkan, Indonesia dan Vietnam dicatat sebagai negara dengan tingkat produk­tivitas yang tinggi.

Namun demikian, bila di­perhatikan lebih lanjut, dalam konteks produktivitas atau per­tumbuhan padi di Indonesia dalam 10-15 tahun terakhir, su­dah mulai menghadapi stagnan.

Ia menjelaskan, salah satu masalah besar dalam konteks ini adalah kondisi tanah di Indone­sia, yang dari hari ke hari makin kehilangan tingkat kesuburan­nya, terutama karena eksploitasi yang tinggi.

Hal ini ditunjukkan dari hasil riset terakhir, sel-sel organik di la­han-lahan yang ada di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa TImur, yang berada di ambang batas 2 persen, jumlahnya sangat banyak.

Baca juga : Final Kepagian

Masalah lainnya, sambung Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, terkait jumlah petani di Indonesia semakin menurun. Ditambah lagi, dari jumlah petani sekarang, seba­gian besar adalah berusia tua.

Dengan kata lain, sektor perta­nian tidak lagi menjadi hal yang menarik bagi generasi muda.

“Ini menjadi masalah juga dalam regenerasi petani. Dalam konteks inilah, maka banyak yang berharap pada bioteknolo­gi. Karena sudah jelas mampu memberikan kontribusi nyata,” tegasnya.

Misalnya dilihat dari pendapa­tan usaha tani dari tahun 1996-2018, telah mampu meningkat­kan nilai produktivitas mencapai 220 miliar dolar Amerika Serikat (AS), setara Rp 3.581 triliun.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.