Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Gandeng Chevron, Pupuk Indonesia Gelar Studi Pengembangan Teknologi Penangkapan Karbon
Kamis, 1 Agustus 2024 17:45 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - PT Pupuk Indonesia (Persero) menandatangani Joint Development Study Agreement (JDSA) atau perjanjian studi pengembangan bersama dengan Chevron New Energies International Pte. Ltd., terkait penilaian (assessment) penangkapan karbon sebagai upaya dekarbonisasi.
Sekaligus, mengoptimalkan produksi amonia yang rendah karbon di kawasan industri PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim).
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengatakan, studi pengembangan teknologi penangkapan karbon ini semakin memperluas kerja sama Pupuk Indonesia dalam hal mengurangi emisi karbon pada industri pupuk nasional.
Sebab, arah pengembangan perusahaan ke depan adalah menjadi industri pupuk dan petrokimia terintegrasi, dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Baca juga : Pertarungan Pilwalkot Bogor Bakal Ditentukan Wakilnya
Selain itu, sejalan dengan komitmen global, studi pengembangan penangkapan emisi karbon bersama Chevron ini akan menjadi solusi konkrit Pupuk Indonesia Grup dalam program dekarbonisasi.
"Yang tentunya, untuk menciptakan proses produksi amonia yang lebih rendah karbon atau blue ammonia,” ujar Rahmad, melalui siaran pers, Kamis (1/8/2024).
Rahmad menjelaskan, tujuan dari JDSA ini, pertama, untuk memastikan kelayakan proyek penangkapan karbon dan offtake amonia rendah karbon, yang nanti akan dihasilkan dari proses penangkapan karbon ini.
Menurutnya, blue ammonia yang dihasilkan dari proses tersebut dapat digunakan untuk bahan baku pupuk, seperti Urea dan NPK untuk mendukung produktivitas pertanian dan ketahanan pangan nasional.
Baca juga : Travelator di Pasar Tumenggungan Tak Berfungsi, Pedagang Keluhkan Pembeli Sepi
Bahkan, blue ammonia juga dapat menjadi salah satu sumber alternatif energi bersih masa depan.
Menurut Rahmad, negara dengan komitmen tinggi untuk menyerap blue ammonia, sebagai salah satu alternatif energi bersih masa depan adalah Jepang.
Selain itu, blue ammonia juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pendamping atau co-firing batubara di sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Sehingga, teknologi penangkapan karbon ini adalah infrastruktur penting dalam pengembangan amonia rendah karbon atau blue ammonia.
"Ke depan kami prediksi, permintaannya akan semakin meningkat seiring komitmen global terhadap pengurangan emisi karbon,” beber Rahmad.
Baca juga : Dubes Prancis Untuk Indonesia Fabien Penone Lihat Misi Pegase Di Pangkalan Udara Halim
Ia menambahkan, program penangkapan karbon yang dijalankan perseroan ini merupakan salah satu tahapan pada roadmap Pupuk Indonesia dalam upaya mengurangi emisi karbon.
"Pada 2023, Pupuk Indonesia telah berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 1,55 juta ton atau di atas target 1,21 juta ton," pungkas Rahmad.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya