Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pandemi Tak Kunjung Usai, Bimbel Adaptasi Pembelajaran Online

Senin, 18 Januari 2021 15:53 WIB
CEO Daekyo Indonesia Cha Seong Hoon. (Foto: Ist)
CEO Daekyo Indonesia Cha Seong Hoon. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemi Covid-19 bukan hanya memaksa sekolah, namun juga bimbingan belajar atau les untuk belajar dari rumah. Eye Level, lembaga pendidikan asal Korea Selatan yang fokus di Matematika dan Bahasa Inggris.

Saat ini pembelajaran para siswa peserta bimbel dilakukan dari rumah alias online. "Saat ini bimbel dilakukan dengan online karena belum memungkinkan dan belum ada tanda-tanda akan kembali offline atau tatap mua," ujar CEO Daekyo Indonesia, Cha Seong Hoon dalam siaran persnya yang diterima, Senin (18/1).

Baca juga : Bamsoet Dukung Tim E-Sport Indonesia Berlaga di Kejuaran Dunia

Cha Seong Hoon mengatakan, meski pembelajaran online, namun tidak mengurangi kualitas pembelajaran. Penyesuaian dilakukan dengan tetap mempraktekkan cara-cara belajar latihan berpikir kritis matematika.

Dikatakannya, pendidikan di Eye Level tetap mengusung kemampuan berpikir kritis (critical thinking) membantu anak berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah melalui latihan soal.

Baca juga : Gandeng Sarinah, Pelindo III Kolaborasi Pemberdayaan UMKM di Pelabuhan Benoa

Ada beberapa fokus dalam latihan berpikir kritis matematika, misalnya pola hubungan, geometri, pengukuran, pemecahan soal, serta penalaran. Misalnya untuk pola dan hubungan, siswa akan diajak mengembangkan pengetahuan dasar fungsi dengan mempelajari berbagai pola untuk objek, bilangan dan bentuk.

Sementara untuk pemecahan soal, siswa akan belajar delapan strategi pemecahan soal, dari mulai pengenalan pola, analisis data, menggambar diagram, uji coba, dan sebagainya. Pola pendekatan yang berbeda dalam belajar matematika ini, diharapkannya dapat membuat anak-anak tidak menganggap mata pelajaran ini sebagai momok.

Baca juga : Mudahkan Pengguna, SehatQ Layani Pemesanan Obat Secara Online

Diakuinya, selama ini banyak pelajar di Indonesia merasa takut kepada mata pelajaran Matematika. Seperti terlihat dari hasil Survei Programme for International Student Assessment (PISA).

Studi yang dilakukan oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) terhadap anak usia 15 tahun pada 2015, menempatkan kemampuan matematika pelajar Indonesia ada di peringkat ke-63 dari 72 negara. Peringkat itu terpaut jauh dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara seperti Vietnam di peringkat ke-12 dan Singapura di peringkat pertama. [MRA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.