Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Pemerintah kudu hati-hati menjaga neraca perdagangan. Walaupun ada kecenderungan membaiknya pasar perdagangan dunia 2021, sejumlah pakar menyarankan pemerintah meningkatkan signifikansi pengendalian impor barang. Terutama barang konsumtif.
Vice President PT Sucofindo Soleh Rusyadi Maryam mengatakan, ada berbagai fakta yang mencengangkan sepanjang tahun pandemi termasuk terpuruknya angka ekspor Indonesia. Soleh mengungkapkan, nilai ekspor produk Indonesia 2020 mencapai angka terendah sejak tahun 2017.
Baca juga : Cegah Korupsi, Pelindo l Gandeng KPK
Namun, surplus yang dicatat sebesar 21,737 miliar dolar AS merupakan yang tertinggi sejak tahun 2015. Hal ini terjadi bukan karena adanya lonjakan ekspor tetapi karena nilai impor 2020 sebesar 141,568 miliar dolar AS merupakan yang terendah sejak tahun 2017.
"Jadi inilah dampak nyata dari pandemi Covid-19 di tahun 2020,” katanya dalam webinar "Pemulihan Ekonomi Nasional Pasca Pandemi Covid-19: Penguatan Ekspor yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Sosial Politik (PKSP) Universitas Nasional Jakarta, bekerja sama dengan Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan, dan Public Trust Indonesia, di Jakarta, Rabu (3/3).
Baca juga : Demi Jaga Jarak, Restoran New York Pasang Patung Artis
Soleh yakin, pemerintah akan terus menggalakkan ekspor meskipun masih dalam situasi pandemi Covid-19. Sementara, pemerintah juga harus berani melakukan tindakan ekstrem mengendalikan impor barang konsumsi.
Mengenai importasi produk konsumtif itu, kata Soleh, sesuai data ada lima produk yang mengalami pertumbuhan impor tertinggi selama 2016-2020 yaitu bahan tambang, perhiasan, produk kimia, buah-buahan, dan produk-produk susu. Ia melihat banyak jenis produk impor yang bisa dikendalikan karena bukan merupakan kebutuhan primer. Impor perhiasan, buah-buahan, dan susu seharusnya bisa dikendalikan hingga angka minimal.
Baca juga : Formula 1, Kuda Jingkrak Sesumbar Bangkit
Ekonom dari Universitas Nasional Jakarta, I Made Adnyana mengatakan, menjaga pasar dan menggenjot ekspor produk Indonesia di antaranya meningkatkan penetrasi ke pasar non tradisional.
Upaya ini dapat dilakukan melalui program pengembangan produk ekspor, pengembangan SDM di bidang ekspor, dan promosi dagang. "Pemerintah harus memfasilitasi pengusaha Indonesia untuk melakukan promosi ke berbagai negara,” kata Adnyana. [KPJ]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya