Dark/Light Mode

Bisa Picu Inflasi

Menkeu Waspada Harga Komoditas Dunia Naik

Selasa, 26 Oktober 2021 08:45 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam APBN KITA Edisi Oktober 2021. (Foto: Tangkapan layar youtube Kemenkeu RI)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam APBN KITA Edisi Oktober 2021. (Foto: Tangkapan layar youtube Kemenkeu RI)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tren kenaikan harga komoditas pangan perlu diwaspadai. Khususnya di tengah gangguan cuaca di beberapa wilayah dunia.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, tren kenaikan harga komoditas ini dikhawatirkan bakal memicu inflasi bagi Indonesia maupun dunia.

“Indeks harga pangan yang harus diwaspadai,” kata Sri Mulyani dalam APBN KITA Edisi Oktober 2021, kemarin.

Sri Mulyani menerangkan, kewaspadaan itu muncul lantaran tren ekonomi global maupun Indonesia mulai menunjukkan perbaikan. Hal itu mempengaruhi kinerja manufaktur global dan Indonesia.

Baca juga : Harga Komoditas Naik, Rupiah Melesat

Ini terlihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) global, sampai dengan September tercatat ekspansif di level 54,1, sebagai dampak semakin terkendalinya Covid-19. Sedangkan PMI Indonesia juga semakin ekspansif.

Kegiatan manufaktur yang ditunjukkan PMI Indonesia sebesar 52,2 dan PMI manufaktur di berbagai negara ASEAN juga mulai menunjukkan pemulihan. Namun, Sri Mulyani mengatakan, bukan berarti varian dari Covid-19 sudah selesai.

“Kalau kita lihat, Indonesia (di level) 52,2 statusnya (PMI) pada akhir September ini adalah yang tertinggi di antara ASEAN 5,” ujarnya.

Sedangkan jika dilihat di negara-negara utama yang mempengaruhi kinerja perekonomian global, seperti Amerika dan Eropa, berada di level 60 dan 58,6.

Baca juga : Mau Pandemi Berakhir, Wapres Ajak Warga Taat Prokes Dan Vaksinasi

Artinya, kegiatan manufaktur global mengalami kenaikan cukup signifikan. Dari sisi kegiatan manufaktur inilah yang memicu pemulihan ekonomi secara global.

Menurut Sri Mulyani, kenaikan aktivitas ekonomi seluruh dunia juga menyebabkan kenaikan harga komoditas.

Indonesia juga akan menghadapi dampak dari kenaikan komoditas unggulan ini. Misalnya, harga batu bara, sempat melonjak sangat tinggi dibandingkan dengan periode tahun 2020 maupun awal tahun 2021.

Selain itu, harga gas juga mengalami kenaikan meski kemudian mengalami koreksi sedikit. Demikian juga dengan harga minyak, dalam hal ini baik West Texas Intermediate (WTI) maupun Brent.

Baca juga : Waspada Potensi Kasus Virus Corona Naik Lagi

“Untuk pergerakan harga komoditas non-energi, kami lihat indeks harga nikel juga mengalami kenaikan dan cukup stabil tinggi. CPO (Crude Palm Oil) kita juga mengalami kenaikan,” ungkapnya.

Menurut Sri Mulyani, untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terjadi peningkatan defisit di September dari Rp 383,2 triliun pada akhir Agustus menjadi Rp 452 triliun pada September 2021. Realisasinya setara 2,74 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Dibandingkan tahun lalu, yang defisitnya Rp 681,4 triliun, (defisit September 2021) ini penurunan 33,7 persen” ujar dia.

Penurunan defisit tahun ini, kata Sri Mulyani, dibandingkan tahun lalu, menggambarkan konsolidasi fiskal berjalan baik. Selain itu, secara tidak langsung pemulihan ekonomi sudah sesuai dengan diharapkan pemerintah. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.