Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Popok Baby Happy Edukasi Masyarakat di Era Kenormalan Baru
Rabu, 17 Februari 2021 06:36 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Baby Happy, popok sekali pakai dari Wings Care menggelar webinar “Bangkit & Menghebat di Era New Normal (Kesehatan, Parenting dan Pendidikan) sebagai bagian dari rangkaian program CSR “Baby Happy, Keluarga Happy”.
Marketing Manager Baby Happy (Wings Group Indonesia), Julie Widyawati mengatakan “Popok Baby Happy memahami kebutuhan keluarga Indonesia khususnya anak batita yang harus tetap terpenuhi meskipun masih di masa sulit seperti saat ini. Melalui program webinar series dalam kampanye Baby Happy, Keluarga Happy, kami berharap orangtua khususnya para Ibu dapat lebih mengetahui peran dirinya demi menjaga ketahanan keluarga serta pentingnya memperhatikan kesehatan anak dan imunisasi di masa pandemi. Selain itu, kami juga berharap materi yang disampaikan oleh para narasumber dapat menginspirasi keluarga Indonesia untuk menerapkan pola asuh yang lebih baik demi tumbuh kembang anak yang optimal di tengah keterbatasan masa pandemi.”
Baca juga : Wapres: Vaksinasi Merupakan Wujud Pengamalan Pancasila
Lebih lanjut Julie menambahkan bahwa dalam pendampingan ini popok Baby Happy turut menggandeng beberapa partner termasuk Ketua PKK dan kepala pemerintahan setempat sebagai narasumber. Seperti halnya Atalia Praratya Kamil selaku Ketua Penggerak PKK Jawa Barat yang dalam kesempatan ini membawakan edukasi berupa tips untuk menjadi wanita tangguh dalam menjalani hari-hari masa pandemi Covid-19 dan Airin Rachmi Diany selaku Walikota Tangerang Selatan yang membagikan program pemerintah yang tengah dijalankan demi menguatkan peran wanita dalam keluarga di tengah pandemi Covid-19 ini, terlebih dalam hal pengasuhan dan pendampingan balita.
Tidak hanya membahas mengenai pendampingan anak-anak dalam kegiatan sehari-hari, Popok Baby Happy juga menyoroti pentingnya pendidikan bagi anak usia dini. Prof. Dr. Ir. Netti Herawati, M.Si selaku Guru Besar Bidang Gizi dan Pangan & Pakar PAUD dari Himpaudi menyebutkan bahwa setiap manusia lahir ke dunia dengan seluruh sel otak yang jumlahnya bisa mencapai lebih dari 100 triliun sel tergantung dari kualitas kehamilan, namun hal ini baru dapat berfungsi hanya dengan stimulasi.
Baca juga : Masyarakat Baduy Harapkan Program Kemensos Terus Berjalan
“Para orang tua khususnya Ibu harus memahami bahwa usia 0-2 tahun merupakan masa krusial pada anak karena apabila sel otaknya tidak tersambung atau terstimulasi dengan baik maka terjadilah fase penghapusan sel otak atau yang lebih dikenal dengan istilah use it or loose it. Hal ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas stimulasi karena setiap detik terjadi 1,684 juta sambungan sel otak. Sedangkan, untuk kualitas stimulasi terkait pada aspek perkembangan atas apa saja yang distimulasikan pada anak dengan cara yang tepat atau tidak,” tambah Prof. Netti.
Lebih lanjut Prof. Netti membagikan tentang beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua demi keberhasilan keberlangsungan pendidikan anak usia dini. Menurutnya, anak sedari dini harus dilatih berpikir kritis atau “critical thinking”, ini disebabkan karena terlalu banyaknya informasi yang masuk di era digital seperti sekarang, sehingga anak terlatih untuk memilah informasi mana yang berguna, mana yang tidak. Selain itu anak juga harus dilatih untuk berpikir kreatif dan mengembangkan kemampuan kognitif agar memiliki daya juang lebih, terlebih di era pandemi seperti ini. [ARM]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya