Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
BNPT Ajak Ormas Keagamaan Cegah Radikalisme Dengan Vaksinasi Ideologi
Minggu, 13 Februari 2022 17:51 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen R Ahmad Nurwakhid mengatakan, organisasi masyarakat (ormas) keagamaan merupakan garda terdepan dalam pencegahan penyebaran radikalisme dan terorisme. Ormas keagamaan dapat memberikan vaksinasi ideologi kepada umat dengan menggaungkan nasionalisme melalui pendekatan agama dan ajaran agama yang baik dan benar, menjunjung tinggi toleransi, serta menanamkan ideologi Pancasila.
Menurut Nurwakjid, hal ini perlu dilakukan karena ideologi terorisme sebagai gerakan politik kerap memanipulasi dan mendistorsi agama. Mereka menggunakan kedokt agama untuk mengganti ideologi negara dengan ideologi lain yang bertentangan dengan Pancasila sebagai konsensus nasional.
Baca juga : Temui Ganjar, Komnas HAM Minta Masalah Wadas Diselesaikan Dengan Humanis
“Terorisme adalah gerakan politik kekuasaan dengan memanipulasi dan mempolitisasi agama yang bertujuan mengganti ideologi negara dengan ideologi transnasional. Wataknya adalah intoleran terhadap perbedaan dan keberagaman, serta eksklusif terhadap perubahan,” ujarnya, saat menjadi narasumber pada acara Rakernas I Pengurus Besar Mathla'ul Anwar dengan tema "Arah Baru Menata Umat Merekat Bangsa", di Kota Serang, Banten, Sabtu.di Serang, Banten, Sabtu (12/2), seperti diketerangan yang diterima redaksi.
Pada kesempatan itu, ia memaparkan terkait hubungan eksklusifisme, intoleransi, radikalisme dan aksi terorisme. Menurutnya, sikap eksklusif dan intoleran adalah watak dasar radikalisme, yang menjiwai semua aksi terorisme dan semuanya diawali oleh paham takfiri.
Baca juga : Lawan Omicron, Kemenkumham Kalsel Gelar Vaksinasi Booster
“Tidak ada kaitannya aksi radikal terorisme dengan agama apa pun. Karena terorisme bertentangan dengan ajaran semua agama. Namun, terkait dengan pemahaman dan cara beragama yang salah dan menyimpang dari oknum umat beragama, dan biasanya didominasi oleh mayoritas umat beragama di wilayah tersebut,” katanya.
Nurwakhid mengungkapkan, bukti dari efektivitas peran ormas keagamaan dan tokoh agama dalam melakukan pencegahan atau kontra radikalisasi, terutama di dunia maya, terlihat dari data indeks potensi radikalisme tahun 2019 yang berada di angka 38 persen. Begitu terjadi pandemi Covid-19 awal tahun 2020, dalam survei yang dilakukan BNPT pada Oktober-November 2020, indeks potensi radikalisme itu turun dari 38 menjadi 12,2 persen.
Baca juga : Gandeng BPAM, PermataBank Rilis Produk Reksa Dana Khusus Di Sektor Teknologi
“Salah satu faktor penurunan diakibatkan masifnya tokoh agama dan tokoh masyarakat moderat yang selama ini tidak aktif berdakwah di media sosial, menjadi aktif ikut berdakwah di berbagai platform media sosial,” ungkapnya.
Dalam survei Setara Institute, lanjut Nurwakhid, selama ini konten keagamaan intoleran dan radikal di media sosial atau dunia maya berada di kisaran lebih dari 67 persen. Sejak tahun lalu, jumlah itu terus menurun setelah diimbangi konten keagamaan moderat yang dilakukan para ulama, kiai, guru, dan anak muda yang selama ini tidak aktif di media sosial.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya