Dark/Light Mode

Sidak Ke Pasar, Mentan SYL Jamin Ketersediaan 12 Pangan Dasar Selama Ramadhan

Sabtu, 2 April 2022 20:28 WIB
Mentan Syahrul Yasin Limpo (tengah) saat sidak pangan di pasar, Sabtu (2/4)/Istimewa
Mentan Syahrul Yasin Limpo (tengah) saat sidak pangan di pasar, Sabtu (2/4)/Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) turun langsung melakukan pengecekan ketersediaan 12 pangan dasar di Pasar Terong dan Pasar Pa'baeng-baeng, Kota Makassar, guna memastikan stok dalam memenuhi kebutuhan selama bulan Ramadhan hingga Idul Fitri, Sabtu (2/4).

Antara lain beras, bawang merah, bawang putih, cabe merah keriting, cabe rawit merah, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, termasuk minyak goreng.

"Saya turun mengecek ketersediaan 12 pangan dasar yang produksinya di bawah Kementerian Pertanian, dan hasilnya ketersediaannya cukup. Sebenarnya termasuk minyak goreng," kata SYL, usai sidak di pasar.

Khusus minyak goreng, lanjut SYL, berdasarkan peninjauan di dua pasar itu, terlihat distribusi minyak goreng yang belum lancar. Karena itu, dia melakukan komunikasi melalui telpon langsung dengan Menteri Perindustrian, untuk memberikan attensi.

“Di agen ada, di pengecer ada. Tapi yang ditaruh di depan-depan itu hanya sedikit, jadi terkesan sedikit. Padahal menurut pedagangnya ada. Tapi terkesan sedikit dan terkondisi seperti itu. Saya masuk ke agen awalnya juga, ada, tetapi suplainya tidak maksimal. Saya telepon distributor utama yang ada di sini. Dan saya sudah minta supaya mereka coba konsentrasi," jelasnya.

Baca juga : Dirut Pertamina Patra Niaga Jamin Ketersediaan Pasokan BBM Di Sumbar

SYL yang pernah menjadi Gubernur Sulawesi Selatan dua periode ini mengaku, tidak mempersoalkan masalah harga, tetapi ketersediaannya harus ada. Kalau ketersediaan cukup, tentu saja antara supply dan demand, akan terjadi penyesuaian.

"Yang susah memang minyak goreng. Tapi dari data yang kita miliki di pemerintah, alokasi minyak goreng ke sini itu 17 ribu ton, itu sudah cukup, sementara konsumsi hanya 9 ribu ton. Kalau begitu, semuanya harus ikut turun menangani masalah ini," bebernya.

SYL juga menemukan adanya kenaikan harga pada daging sapi impor, sementara untuk daging sapi lokal harganya tetap sama. 

Dia pun langsung menghubungi Indoguna sebagai salah satu distributor daging impor di Sulawesi Selatan, untuk turun tangan.

"Daging lokal aman, yang agak naik daging impor. Saya sudah telepon Indoguna untuk turun tangan, kenapa harus mahal. Biasa, kalau mau Ramadhan ada kenaikan harga, tapi harusnya tidak melonjak jauh," terangnya.

Baca juga : Satgas Pangan Dan TPID Sebut Harga Sembako Masih Wajar

Terkait ketersediaan 12 pangan dasar ini, SYL memonitor di 34 provinsi di Indonesia. Walaupun masalah harga bukan tugas Kementan, tetapi soal produksi berada di bawah Kementan. SYL berharap, Pemerintah Daerah bisa lebih aktif, apalagi alokasinya cukup.

"Semua pejabat saya, Eselon I dan II, di minggu pertama Bulan Ramadhan, tidak ada di Jakarta, semua harus turun mengecek. Di distributor, importir dan lain-lain. Kalau kita turun, tentu memberi warning," tegasnya.

Kementerian Pertanian, sambungnya, telah melakukan mapping. Ada daerah hijau yang surplus, dan yang kuning bisa mempersiapkan dirinya sendiri, tapi ada yang merah. 

“Yang merah itu kita tangani, kita dekatkan ke daerah sentra," ucapnya.

SYL menambahkan, masalah kenaikan harga merupakan tantangan bagi seluruh negara di dunia, bukan hanya di Indonesia. Harga minyak goreng di negara lain juga sangat mahal. 

Baca juga : Puan: Pemerintah Harus Bisa Stabilkan Harga Pangan Sebelum Ramadan

Hal tersebut merupakan imbas terjadinya pandemi Covid-19 selama dua tahun, sehingga tidak ada yang bisa berjalan reguler dan linear. Distribusi juga tidak berjalan lancar, sehingga terjadi tekanan-tekanan luar biasa.

Tidak sampai di situ. Isu pemanasan global yang mengubah cuaca menjadi cuaca ekstrem, membuat pertanian tidak aman.

Australia sebagai negara yang mengimpor daging ke Indonesia, karena ada kebakaran besar di sana, lahan rumput sapinya terganggu, dan produksi sapinya menurun cukup besar. Karena itu, harga daging sapi di luar juga tinggi. 

"Kedelai juga sama. Yang tadinya diimpor dari Brazil dan Meksiko, sekarang bersoal dan harganya juga tinggi. Karena itu, kalau kita tergantung pada impor, harganya sampai di sini juga tinggi," pungkasnya. [WHY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.