Dark/Light Mode

Membangun Perpustakaan Berarti Mengembangkan Generasi Masa Depan

Jumat, 17 Maret 2023 22:14 WIB
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (kiri) saat meresmikan Gedung Perpustakaan Daerah Kota Banjar, Jawa Barat, Jumat (17/3). (Foto: Dok. Perpusnas)
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (kiri) saat meresmikan Gedung Perpustakaan Daerah Kota Banjar, Jawa Barat, Jumat (17/3). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Melongok ke dalam bagian dari Gedung Layanan Perpustakaan Umum Daerah Kota Banjar yang baru diresmikan, tampak seperti mengadaptasi ruang layanan Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Undakan-undakan dimodifikasi sebagian sebagai alas duduk yang tiap sisinya dijejali buku-buku. Di lantai atas, pojok baca Bank Indonesia (BI Corner) siap menyambut pemustaka yang ingin berselancar pengetahuan.

Pembangunan gedung setinggi empat lantai yang dibiayai Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp 10 miliar diharapkan Wali Kota Banjar Ade Uu Sukaesih dapat menjadi pusat literasi dan kegiatan inklusi sosial yang mensejahterakan masyarakat. "Inklusi sosial terbukti banyak membantu masyarakat pada aspek kemandirian dan kesejahteraan masyarakat," ujar Ade Uu Sukaesih, ketika meresmikan Gedung Perpustakaan Daerah bersama Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando, Jumat (17/3).

Membangun gedung perpustakaan, menurut Muhammad Syarif Bando, seperti menghadirkan infrastruktur bagi generasi masa depan. Generasi masa depan tidak cukup dibangun dengan hanya bermodal alam yang suatu saat habis. Mereka perlu dibekali modal pengetahuan yang diperoleh lewat membaca.

Baca juga : Petani Tebu Pendukung Ganjar Beri Santunan Ke Ratusan Yatim-Dhuafa Di Indramayu

"Yang diperlukan adalah kesadaran masyarakat untuk mau membaca. Karena literasi bermula dari kebiasaan membaca sehingga muncul kedalaman pemahaman terhadap ilmu pengetahuan tertentu yang pada akhirnya mampu memproduksi barang/jasa berkualitas dan bernilai tinggi," ujar Syarif Bando.

Syarif Bando mengharapkan, Indonesia tidak terus-menerus mengekspor bahan mentah dan kemudian kembali ke Tanah Air dalam bentuk jadi yang akhirnya mendorong masyarakat menjadi konsumen, bukan produsen. "Kita memerlukan sumber daya manusia andal agar segala yang menjadi potensi devisa negara tidak kabur ke luar negeri. Dan tanpa membaca kita tidak bisa apa-apa," tambah Syarif.

Oleh karena itu, Syarif juga mengimbau agar peserta didik tidak diberikan buku pelajaran kurikulum terus, tapi berikan mereka buku-buku pengayaan pengetahuan. Itulah esensi dari merdeka belajar.

Baca juga : Matahari Resmikan Dua Gerai Baru di Semarang

Sekretaris Utama Perpusnas Ofy Sofiana dalam kesempatan talk show Peningkatan Indeks Literasi Nasional (PILM) menjelaskan, tentu akan lebih mudah membentuk literasi jika sudah memiliki kebiasaan membaca. Sebab, ketika literasi rendah, yang terjadi malah masalah lain, seperti angka kriminal naik atau kualitas kesehatan yang menurun.

Maka itu, pembudayaan kegemaran membaca sebagai bagian integral dari pembangunan literasi mengamanatkan trilogi pengembangan budaya baca yang dimulai dari sektor keluarga, pendidikan, dan masyarakat. "Semua harus berkesinambungan satu sama lain. Di keluarga terjadi proses penumbuhan. Di sektor pendidikan terjadi proses pembiasaan, dan di masyarakat diharapkan terjadi proses pembudayaan. Contohnya, pada masa golden age anak di usia 0-5 tahun, kebiasaan membaca sudah bisa ditularkan," jelas Ofy Sofiana.

Dia melanjutkan, anak adalah peniru ulung. Perkembangan otak di usia emas 0-5 tahun harus dimaksimalkan. “Karena itu. merupakan masa strategis mengajarkan mereka perbendaharaan kosa kata yang banyak. Di masa golden otak balita lebih aktif dari orang dewasa,” urai Ofy.

Baca juga : Lestari: Butuh Kreativitas Dan Kolaborasi Kembangkan Potensi Desa Wisata

Sementara itu, Ketua DPRD Dadang R Kalyubi menyoroti manfaat besar dari inklusi sosial. Inklusi sosial, menurut Dadang, adalah gerakan tanpa batas. Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) dipuji karena membantu pemerataan informasi dan penguatan kemandirian melalui literasi. "Program TPBIS secara sederhana diartikan sebagai kumpulan aktivitas meningkatkan kualitas kesejahteraan hidup masyarakat," ujar Dadang.

Pembangunan sumber daya manusia di Kota Banjar akan berkembang jika mau mencontoh seperti negara Singapura. Meski tidak punya kekayaan alam tetapi mampu menghasilkan devisa yang besar karena ditopang dengan kualitas manusianya. "Di zaman global bukan soal siapa yang besar dan kuat, melainkan siapa yang bisa beradaptasi dengan perubahan yang ada," pungkas penulis Jee Lovina.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.