Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Kementan Dorong Strategi Percepatan Tanam Padi dengan Teknologi Semai Kering
Jumat, 4 Oktober 2019 17:03 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong implementasi strategi jitu guna percepatan tanam padi dengan teknologi kering. Strategi ini penting sebagai solusi di musim kemarau seperti ini untuk menggerakkan sumber daya yang ada agar produksi padi tetap stabil.
Di sisi lain, Pemda Lampung telah menetapkan Program Sekampung Sistem untuk memenuhi kebutuhan air bagi lahan pertanaman padi di wilayah Lampung Tengah, Lampung Timur dan Kota Metro. Lagi-lagi program ini agar di musim kemarau petani tetap menanam padi dan komoditas lainnya.
Namun demikian, untuk mendukung kesuksesan program pemerintahan Lampung tersebut, diperlukan teknologi yang tepat guna dan efisien, salah satunya adalah teknologi semai kering. Penanggung Jawab Program Upaya Khusus (UPSUS) Kabupaten dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Sigit Setiawan sangat mendukung kegiatan ini. Semai kering menjadi pilihan utama untuk mempercepat tanam, sehingga sistemnya marathon, antara pengolahan tanah dan semai dilakukan bersamaan ditempat berbeda.
Baca juga : Kementan Dorong Model Pertanian Terpadu Zero Waste di Sukoharjo
"Waktu semai cukup 10 sampai 14 hari, jauh lebih cepat dibanding semai konvesional yang mencapai umur 20 hari. Apalagi dengan dukungan Rice Transplanter dari Brigade dan petani, proses penanaman bibit padi lebih efisien waktu,” kata Sigit, di Jakarta, Jumat (4/10).
Menurut Sigit, dengan mensinergikan program Sekampung Sistem dan Teknologi Semai Kering diharapkan dapat mengaktifkan 25.000 hektar lahan pertanaman padi dan penanamannya bisa dilakukan tepat waktu. "Bahkan lebih cepat dari jadwal tanam yang biasanya dilakukan pada Oktober-November 2019," jelasnya.
Dalam pelaksanaannya, Tim UPSUS Provinsi Lampung bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung (BPTP) melakukan sosialisasi di beberapa kelompok tani di sekitar wilayah Sekampung Sistem. Kelompok tani melakukan praktek langsung pembuatan semai kering dibawah pengawasan BPTP seperti di Kelompok Tani Rejo 2 Kota Metro. Kelompok tani tersebut sangat antusias mengikuti kegiatan ini dan berharap dapat langsung diterapkan di wilayahnya.
Baca juga : Integritas dan Paham Strategi Pertanahan Nasional
Kiswanto, salah satu Penyuluh Ahli Madya di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementan di Lampung, menjelaskan, teknologi semai kering sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat, akan tetapi masih sedikit yang melakukan karena dianggap rumit. Padahal teknologi ini lebih menguntungkan dibandingkan semai konvensional antara lain proses pembuatan dan perawatan mudah.
"Dapat dilakukan di pekarangan, praktis dalam pencabutan bibit, bibit lebih terkontrol dari hama dan penyakit, pertumbuhan lebih cepat dan bibit tidak mudah stress, selain itu biaya kerja juga lebih murah. Teknologi semai kering sangat efektif karena dapat dilakukan bersamaan dengan saat olah tanah di tempat yang berbeda,” tambah Kiswanto.
Jumali, Ketua Gapoktan Sumber Makmur di Desa Tempuran, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah, mengatakan, semai seperti ini justru lebih murah biayanya dan bibit tidak mudah stress waktu dipindahkan. Petani belum banyak yang menggunakan teknologi ini karena mereka menganggap sulit seperti tanah harus diayak, menyesuaikan ukuran semai sesuai space alat tanam.
Baca juga : 2020, Kementan Dorong Investor Bangun Tambahan 15 Pabrik Gula Baru
"Padahal kalau sudah biasa ternyata gampang, bahkan kita sudah memulai sejak 2017 dan sampai dengan saat ini tidak ada kesulitan," katanya. [KAL]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya