Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya bersama Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sakti Wahyu Trenggono sepakat mendukung pengembangan ekosistem blue carbon berkualitas untuk memenuhi target Nationally Determined Contribution (NDC) di tahun 2030.
Karena itu, dua menteri Jokowi ini meminta masukan dari parah ahli terkait konsep dan strategi pengembangan blue carbon. Menteri Siti mengatakan, masukan dari para ahli sangat dibutuhkan untuk dapat menjadi sumber ilmiah terhadap suatu kebijakan.
Menteri LHK menilai, blue carbon memiliki peran yang penting, dan proses inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK), sudah harus membedakan antara ekosistem blue carbon dan ekosistem hutan daratan, agar blue carbon memiliki tempat khusus dan perkiraan penyerapan emisi dan pelaporan emisi GRK menjadi lebih akurat pada tingkat nasional.
Baca juga : FIK UPN Veteran Jakarta Canangkan Zona Integritas
“Masukan dari para ahli sangat penting, karena akan menjadi titik tolak langkah awal untuk meningkatkan langkah-langkah kita dalam pencapaian NDC maupun dalam mengatasi emisi karbon,” ujar Siti di Jakarta, kemarin.
Sementara, Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Trenggono meminta agar secara bersama-sama dapat merumuskan dan menyepakati kebijakan terkait blue carbon di Indonesia dengan ekosistem berupa mangrove, padang lamun dan rawa payau.
Trenggono juga mendorong penelitian-penelitian lebih lanjut terkait blue carbon yang dilakukan KLHK, KKP, LIPI dan lembaga penelitian lainnya untuk dijadikan dasar ilmiah dalam suatu kebijakan.
Baca juga : Menteri Sandi Minta Pelaku UMKM Aceh Manfaatkan Ekosistem Digital
Ia juga mengharapkan ekosistem laut dan pesisir dapat dijaga kelestariannya, agar dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
“Kita juga harus melihat bahwa ekosistem blue carbon dapat dimanfaatkan sebagai mekanisme untuk menciptakan nilai ekonomi melalui perdagangan carbon. Kita harus memastikan bahwa indeks kesehatan laut Indonesia dapat meningkat, yang saat ini indeks ada di angka 65 atau menempati ranking 137 dari 221. Ke depan angka tersebut, harus dapat meningkat hingga 76 pada tahun 2024,”harap Trenggono.
Seperti diketahui, ekosistem blue carbon yang didalamnya berupa ekosistem pesisir terutama mangrove, padang lamun dan kawasan rawa payau merupakan ekosistem penyerap, serta penyimpan karbon alami dalam jumlah besar dan dalam waktu yang lama.
Baca juga : Wamenkes: JAGA KPK Bantu Kawal Tangani Corona
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki luas kawasan mangrove 3.2 juta hektare (ha), dan luas padang lamun 3 juta ha. Dengan luasan tersebut ekosistem blue carbon, dapat menyimpan hingga 17% dari cadangan blue carbon dunia sehingga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengurangi perubahan iklim. [MFA]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya