Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Antisipasi Bencana, BPPT Kembangkan Teknologi Deteksi Tsunami

Selasa, 8 Juni 2021 18:24 WIB
Antisipasi Bencana, BPPT Kembangkan Teknologi Deteksi Tsunami

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan teknologi deteksi dini tsunami berbasis buoy (pelampung), kabel serat optik, dan akustik tomografi. Teknologi ini yang akan dipasang di daerah rawan bencana

Hal itu disampaikan Kepala BPPT, Hammam Riza dalam acara di Puspiptek Tangerang Selatan, Selasa (8/6).

Riza mengatakan, BPPT sejak tahun 2019 telah membangun tiga teknologi tersebut dalam rangka mendukung program Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) bersama BMKG.

Sensor tsunami dari InaTEWS BPPT dapat mengirimkan data secara berkesinambungan kepada BMKG dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), untuk kemudian disebarluaskan kepada masyarakat sebagai upaya mitigasi bencana tsunami di Indonesia.

Baca juga : Bersama BPRS, BSI Kembangkan Ekosistem Digital Syariah

BPPT kata Riza, juga telah menyusun desain besar peta jalan teknologi mitigasi dengan mengoperasikan InaBuoy di 13 lokasi, InaCBT di 7 lokasi, InaCAT di 3 lokasi dan didukung dengan pengolahan kecerdasan artifisial. 

“Semua teknologi InaTEWS ditargetkan akan beroperasi penuh pada tahun 2024,” ujar Riza seperti dikutip Antara.

Riza mengatakan,  Indonesia berada di zona ring of fire karena letak geografisnya berada di antara pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. 

Jalur yang dilalui pertemuan lempeng inilah yang menjadi zona rawan gempa di Indonesia. Melihat dari kondisi tersebut, serta histori kebencanaan, upaya mitigasi bencana terintegrasi sudah sepatutnya diterapkan di Indonesia. 

Baca juga : Besok, 34 Pemain Timnas Jalani Seleksi Tahap Kedua

Pengalaman bencana besar di tahun 2018 yang menerpa Lombok, Palu, dan Selat Sunda menjadi wake up call bagi semua pihak.

Dalam kesempatan tersebut, BPPT juga menyerahkan laporan hasil Kajian Kebencanaan Pasca Gempa Mamuju kepada Gubernur Sulawesi Barat, HM Ali Baal Masdar dalam membangun Sulbar menjadi wilayah tangguh bencana.

Berdasarkan hasil observasi pesisir yang telah dilakukan BPPT dari 16-21 Februari 2021 disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan erat dan langsung antara kondisi fisik pantai dengan kejadian gempa mamuju yg berdampak pada timbulnya kerusakan fisik bangunan dan fasilitas umum lainnya.

“Temuan kerusakan fisik yang dijumpai di pesisir lebih dikarenakan kegagalan struktur bangunan. Tindakan reduksi resiko wilayah pesisir lebih diarahkan untuk menanggulangi bencana tsunami,” ungkapnya.

Baca juga : India Siapkan Kapasitas Penyimpanan Oksigen Hingga 420 Ton

Assessment ini kemudian dapat dijadikan dasar dalam melakukan tindakan mendesak dalam meningkatkan resiliensi melalui penciptaan pusat manajemen bencana serta program pendidikan untuk meningkatkan kesadaran tentang manajemen bencana.

Selain itu, BPPT juga menandatangani nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama dengan Bupati Manggarai Barat terkait pinjam pakai tanah milik pemerintah daerah untuk penempatan landing station InaCBT di Labuan Bajo.

Sementara Deputi bidang teknologi pengembangan SDA, Yudi Anantasena menambahkan, tahun ini terdapat 11 Inabuoy yang dibuat oleh PT PAL. Dalam waktu dekat sebanyak tiga Inabuoy akan terpasang di selatan Selat Sunda, selatan Malang, dan selatan Bali. [MFA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.