Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tinggalkan NASA, Dr Raymond Pilih Kembangkan Obat Modern Asli Indonesia

Senin, 31 Mei 2021 19:39 WIB
Dr Raymond Tjandrawinata. (Foto: ist)
Dr Raymond Tjandrawinata. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Terlibat dalam institusi ternama dunia seperti Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) adalah mimpi kebanyakan orang. Namun seorang ahli farmakologi molekuler, Dr Raymond Tjandrawinata memilih kembali ke Tanah Air untuk mengembangkan potensi biodiversitas Nusantara menjadi obat-obatan.

“Pengalaman bekerja dengan para saintis di NASA sangat memperkaya perspektif saya sebagai seorang saintis biomedis,” ujarnya saat berbincang dengan media, Senin (31/5).

Dr Raymond meneliti obat dari bahan alam sejak menimba ilmu di negeri Paman Sam. Ia bisa disebut sebagai salah satu putra Indonesia yang pertama kali mempelajari ilmu rekayasa genetika di era '80-an. Pasalnya pada kurun waktu tersebut, ilmu rekayasa di Indonesia belum sepenuhnya didalami.

“Pada waktu saya kuliah S1 di pertengahan tahun 1980-an, penelitian rekayasa genetika baru saja dimulai,” ujar peraih Habibie Award itu.

Baca juga : Dagang Dengan Guatemala, Indonesia Selalu Untung

Pada 1991, astronot wanita bernama Dr. Millie Hughes-Fulford mengajak Dr Raymond untuk terlibat proyek penelitian Spacelab Life Sciences (SLS 1) dengan menerbangkan pesawat ulang alik ke luar angkasa. Proyek tersebut adalah sebagai misi spacelab pertama yang didedikasikan untuk penelitian biomedik. Penelitian itu bertujuan untuk mengkaji secara ilmiah ekspresi gen tulang manusia dalam kaitannya dengan pengeroposan tulang pada kondisi tanpa gravitasi.

Dr Raymond mengembangkan obat dari bahan alam saat berkarier di perusahaan farmasi terkemuka di Amerika, Smithkline Beecham di awal '90-an hingga tahun 2000. Di perusahaan tersebut, ia belajar teknik riset laboratoris yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan farmasi di Amerika. “Di sana saya banyak belajar cara mengembangkan obat baru dengan teknik riset translasional dari laboratorium ke pasien,” ujarnya.

Ia meraih penghargaan SmithKline Beecham IMPACT Award, Philadelphia di tahun 1997. Dirinya juga meraih Marquee's Who's Who in Science dan Engineering di tahun 2008 dan 2011.    

Pada awal 2000-an, Dr Raymond kembali ke Tanah Air dan berkarier di perusahaan farmasi terkemuka, PT Dexa Medica. Ketika itu pendiri PT Dexa Medica, almarhum Rudy Soetikno memiliki visi untuk mengembangkan obat-obatan dari kekayaan alam Indonesia. 

Baca juga : Pembinaan Olahraga Nasional Jadi Respon Positif Indonesia

Di tahun 2005, Dr Raymond dipercaya untuk memimpin Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS). Pusat riset tersebut merupakan pelopor pengembangan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang dibuat dari bahan alam dengan teknologi modern.

Hingga kini, Dr Raymond terus mengembangkan obat dari bahan alam yang teruji klinis. Dr Raymond telah memegang 64 paten di Indonesia dan mancanegara yang berkaitan dengan OMAI. “Saya selalu merasakan tantangan untuk lebih banyak mengembangkan obat baru,” ungkap dia.

OMAI merupakan obat dari bahan alam Indonesia yang telah teruji baik secara pra-klinis (Obat Herbal Terstandar) maupun teruji klinis (Fitofarmaka). Obat-obatan Fitofarmaka yang telah dikembangkan dan diproduksi antara lain adalah berbahan kayu manis dan daun bungur untuk pasien diabetes, lalu ada yang terbuat dari cacing tanah untuk pasien penderita penyakit jantung dan stroke, dan ada pula yang terbuat dari kayu manis untuk membantu mengatasi gangguan asam lambung. 

Menurut Dr Raymond, pengembangan obat Fitofarmaka tidaklah mudah. Meski begitu, dia melihat potensi besar dari pengembangan Fitofarmaka yakni selain mencapai kemandirian farmasi nasional juga dapat mendorong perekonomian petani.

Baca juga : Kushedya Hari Yudo: Kompak, Kunci Kemenangan Timnas Indonesia

“Maka importasi bisa dikurangi sehingga petani sejahtera. Para petani bisa sejahtera jika produsen membeli bahan baku yang jumlahnya bisa berton-ton,” tutur peraih gelar doktor dari University of California tersebut.

Pria penyandang gelar Masters of Business Administration in Management dari Golden Gate University ini menilai, kesejahteraan ekonomi petani dapat mendorong pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). "Kita bisa menyejahterakan Indonesia dengan biodiversitas alam Indonesia itu sendiri," pungkasnya. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.