Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ekspresi Millenial Muslim Kota

Kamis, 17 November 2022 13:00 WIB
Ustadz Tengku Hanan Attaki, Lc (tengah) [Foto ilustrasi: Instagram/hanan_attaki]
Ustadz Tengku Hanan Attaki, Lc (tengah) [Foto ilustrasi: Instagram/hanan_attaki]

Dr. Tantan Hermansah
Pengajar Sosiologi Perkotaan dan Ketua Prodi Magister Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), 

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta

(*)

Baca juga : Kompetensi Pansel Munas KAHMI

Kota adalah ruang yang di dalamnya terhimpun beragam ide, pikiran, tindakan, kekuasaan ekspresi, dan sebagainya. Kota dibangun oleh alam pikiran yang sudah mengkristal sekian lama dan kemudian akhirnya menjadi karakter kota. Karakter kota inilah yang kemudian menjadi di antara beragam ekspres budaya kota.  

Di antara karakter kota yang disepakati oleh banyak ilmuwan adalah bahwa kota merupakan entitas yang memiliki keberagaman (heterogen) yang tinggi dalam berbagai hal: suku, kepercayaan, tata bahasa, dan sebagainya. Di mana dengan keberagaman dan heterogenitas itu pula, kemudian menjadikan kota membangun kebudayaan dan peradabannya.

Dalam konteks keberagaman pun kota seperti menempati posisi tersendiri dalam publik luas. Apa yang muncul di kota biasanya kemudian dianggap sebagai representasi dari budaya massa. Sehingga banyak kota menjadi kiblat budaya. Karena kepercayaan bahwa yang diproduksi pikiran-pikiran orang di kota adalah “kebenaran”. Termasuk dalam konteks mengekspresikan semangat keagamaan, maka kota kadang disebut sebagai “Islam Tinggi”.

Disebut demikian karena aktor utama dalam konteks Islam kota itu selalu dianggap lebih maju dan lebih baik daripada Islam di desa misalnya. Akibatnya, karena kota adalah kutub bagi sebuah kebudayaan, yang di dalamnya menunjukkan berbagai nilai lebih dan keutamaan yang kemudian dia menjadi semacam teladan budaya dalam mengekspresikan spirit berbasis nilai, termasuk nilai keagamaan, maka Islam kota itu tetap di-support oleh satu entitas yang biasanya lebih melekat dan melembaga.

Maka wajar jika kita bisa menemukan bahwa organisasi-organisasi besar yang dikategorikan oleh Deliar Noer (1926-2008) sebagai organisasi modern itu lahir di kota.  Walau tidak jarang tokoh-tokoh utamanya merupakan pentolan-pentolan lembaga pendidikan yang ada di pinggiran atau malah di pedesaan.

Dengan kemampuan mereka membaca situasi dan kondisi serta konteks sejarah yang ada, menyebabkan Islam yang diekspresikan itu, sejak zaman dulu sampai sekarang tetap memiliki pengikut atau jamaah yang militan, serta memberikan dinamika pada kehidupan sosial masyarakat umumnya --terlebih masyarakat kota.  

Namun di era sekarang, yang disebut sebagai industri 4.0, di mana karakter utamanya adalah hadirnya teknologi informasi menjadi bagian dari kehidupan, ekspresi-ekspresi keagamaan, terutama kaum milenial,  yang merupakan suatu aktivitas dakwah, menjadi jauh lebih beragam dan khas. Lagi-lagi, fenomena ini hadir pada konteks perkotaan dan masyarakat kota.

Sebagai contoh, di Jakarta ada satu entitas atau kelompok masyarakat yang mengekspresikan semangat keberagamaan yaitu dalam ruang-ruang yang biasanya dianggap tidak pantas. Jika sebelumnya Islam selalu ditampilkan dalam ruang publik khusus seperti majelis taklim, masjid atau lembaga pendidikan Islam, saat ini komunitas baru ini kemudian menampilkan Islam dan kegiatan dakwah di ruang-ruang yang tidak biasa seperti cafe, mall, restoran, tempat piknik dan lain-lain sebagainya. Sehingga semakin banyak ruang publik yang diisi semangat mengekspresikan keagamaan ini.

Jika ditelusuri alasannya, para aktivis dari atau para pegiat dakwah ini memberikan penjelasan bahwa Islam tidak perlu eksklusif. “Islam rahmatan lil alamin” atau rahmat bagi semesta alam, yang di dalamnya tentu ada di ruang publik. Maka jika kita membaca fenomena ini secara sosial, ekspresi seperti ini bisa maknai sebagai satu citraan baru dalam kelompok keberagaman muslim kontemporer.

Contoh, di Bandung, seorang pegiat dakwah seorang pegiat Islam yang bernama Hanan Attaki mengibarkan atau mendirikan suatu komunitas pemuda aktif dengan misi mengisi ruang publik keagamaan yang lebih cair dan milenial. Komunitas ini diberi nama: “Shift”. Mereka mengekspresikan Islam dengan berbagai fitur yang tampil dalam bahasa dan citra kekinian, ekspresif, penuh warna, dan “gaul”.  

Ekspresi yang kekinian ini, secara semiotik merepresentasikan budaya baru, terutama budaya kota. Islam tidak lagi hanya tampil dalam busana koko, kopiah atau celana kain dan sarung. Tetapi Islam tampil dalam ekspresi simbolik yang demikian in dan sesuai zaman dan konteksnya, seperti berbaju flanel, kaos oblong kasual,  dengan topi laken dan syal.

Jika semua ekspresi ini mampu menyesaki ruang publik saat ini, bagaimana kira-kira ekspresi ini secara agregat tampil pada 20 atau 50 tahun atau abad mendatang?  Apakah ini merupakan Islam harapan zaman karena mereka lebih adaptif dengan budaya dan cara berpikir serta sistem belajar kekinian?

Baca juga : Siapa Musuh Kita?

Tentu saja ini merupakan pertanyaan kritis (critical questions) di mana model dan metode dakwah yang penting bagi semua komponen muslim adalah meningkatnya literasi keagamaan. Sehingga ekspresi beragama menjadi lebih “berisi”. Sebab di sisi lain, beragama tanpa ilmu jauh lebih berbahaya. Mereka yang beragama tanpa ilmu ini, bisa menampilkan tindakan seperti beragama padahal tidak ada dasarnya. Atau melegitimasi tindakan atas nama agama.

Di sinilah pentingnya memperkuat semangat ini dengan guyuran keilmuan berbasis ilmu pengetahuan Islam yang moderat dan tetap merujuk kepada Salafus Sholeh atau ilmu-ilmu yang ditulis dan diajarkan oleh para jumhur (mayoritas) ulama sebelumnya. Selanjutnya, perlu ada juga peningkatan literasi pada level kelas usia menengah seperti remaja dan kaum milenial ini. Selain mereka merupakan pewaris generasi, juga mereka yang akan mengisi ruang peradaban manusia kelak. [*]



Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.