Dark/Light Mode

Kompetensi Pansel Munas KAHMI

Minggu, 13 November 2022 02:46 WIB
Waketum KAHMI Jaya, Muhammad Syukur Mandar,
Waketum KAHMI Jaya, Muhammad Syukur Mandar,

RM.id  Rakyat Merdeka - Musyawarah Nasional (Munas) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) ke XI akan digelar. Presiden Jokowi dijadwalkan akan hadir dan membuka Musyawarah Nasional (Munas) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) pada 24-28 November 2022 di Kota Palu, Sulawesi Tengah. 

Sejumlah persiapan dilakukan oleh MN KAHMI, melalui panitia Nasional dan Panitia lokal.  

Namun tak dapat dipungkiri, Munas KAHMI tercium aroma politis. Hal ini tentu saja lumrah, karena beragam latar belakang alumni berhimpun didalamnya, mulai politisi lintas partai, pengusaha, kalangan profesional, akademisi dan lain-lain.  Semua ini akan menjadi kekuatan besar, bila dihimpun dalam munas yang fair dan terbuka untuk semua. 

Baca juga : Ganjar Manut Ke Mega

Secara ideal, KAHMI memang tidak berpolitik, tetapi sebagai wadah berhimpun jutaan alumni HMI, tentu saja KAHMI menjadi satu faksi besar yang representatif.  Karenanya, peran strategisnya akan memiliki pengaruh secara linear dengan konstalasi politik nasional. Sebab itulah bursa pencalonan Presidium Nasional menjadi menarik untuk diperhelatkan. 

Bahwa kontruksi ideal susunan Presidium adalah 5 orang.  Sebab dengan limit waktu jabatan, masing-masing anggota Presidium dapat silih berganti dalam jangka waktu satu tahun memimpin sebagai Korpres. Tetapi konstruksi ideal itu harus dikalahkan oleh argumentasi KAHMI sebagai wadah berhimpun, karena itu harus mewadahi semua kalangan dan kepentingan didalamnya. 

Saya merenungkan andai KAHMI ini presidiumnya diisi oleh tokoh profesional dan akademisi saja.  Maka roh independensinya akan kokoh. Selain ruang geraknya akan dinamis, KAHMI juga akan kritis dalam mengawal agenda bangsa.  Namun saya sadari, bahwa energi besar KAHMI saat ini masih diperoleh dari asupan energi politik.  

Baca juga : Monumen Dan Tagar TASSN

Karena itu, atmosfirnya sangat terasa politis.  Alih-alih munas ini dah melenceng dari asas organisasi yang menganut prinsip kekeluargaan dan persamaan hak dalam munas. 

Pansel yang dibentuk untuk menyeleksi para calon Presidium, diisi oleh para Tokoh yang kredibel, berkapasitas dan mumpuni secara akademis.  Tak diragukan kerja kerja mereka dalam menyusun agenda strategis KAHMI ke depan.  Tetapi tentu saja kapasitas timsel yang mumpuni itu tidak untuk menggugurkan calon anggota Presidium.  

Sebab persamaan hak menjamin anggota KAHMI dicalonkan dan mencalonkan.  Disitulah roh ke-KAHMIan kita rajut dan pelihara.  Yang menggugurkan seorang calon adalah tidak memenuhi syarat pencalonan. Dan forum pleno munaslah yang kompeten untuk itu.  Langkah timsel ini pembuka konflik interes yang kompleks, bukan tidak mungkin ini jadi embrio perpecahan untuk kesekian kalinya.

Baca juga : Korupsi, Ratusan Tahun Kemudian

Mari bijak dalam memutuskan aturan main, apalagi menyangkut hak seseorang yang dipertaruhkan, mereka yang mendaftar punya resening untuk ikut ambil bagian, biarkan mereka gugur karena legitimasi forum, agar kehormatannya sebagai alumni terjaga, selain mereka puas secara bathin untuk ikut ambil bagian dalam proses munas.  

Putusan menggugurkan calon mendikotomi alumni, selain itu menimbulkan presepsi politis, apa alasan calon yang lolos, dan apa kekurangan calon yang digugurkan. Itu determinasi politik diskriminasi, selain membuat curiga pada pansel, munas dianggap dilakukan dengan kecurangan diawal.  Ini semua akan berpotensi  jadi bom waktu bagi perpecahan di Munas.■
Penulis : Muhammad Syukur Mandar, Waketum KAHMI JAYA
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.