Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Kinerja Industri Manufaktur Terganggu Urusan Koordinasi Antarinstansi
- KAI Tutup Posko Angkutan Lebaran, Penumpang KA Naik 18 Persen
- 100.000 Pendukung Prabowo-Gibran Gelar Aksi Damai di MK, Jumat Besok
- Didampingi Ibu Wury, Wapres Gelar Halal Bihalal Bareng Pegawai Dan Media
- Bobby Tetap Mau Daftar Jadi Bacagubnya PDIP
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Borong Rafale, Cuekin Sukhoi
Politik Luar Negeri RI Kini Condong Ke Barat
Sabtu, 19 Februari 2022 08:10 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Kebijakan politik Indonesia kini lebih condong ke blok Amerika Serikat (AS). Spekulasi ini muncul setelah Kementerian Pertahanan (Kemhan) memborong Rafale, jet tempur buatan Prancis.
Dalam jumpa pers virtual Kamis (17/2), Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan, Rusia hingga kini belum menerima informasi pembatalan kesepakatan pembelian jet tempur Sukhoi Su-35 full combat. Pada 2018, Indonesia sepakat membeli 11 unit jet tempur Sukhoi Su-35 di era Menteri Pertahahan (Menhan) Ryamizard Ryacudu.
Seperti dalam pemberitaan Rakyat Merdeka edisi 18 Februari 2022, Dubes Rusia Masih Ngarep Indonesia Jadi Beli Sukhoi, usia masih berharap kesepakatan Sukhoi akan tercapai.
Baca juga : Kemenhub Terbitkan SE Perjalanan Ke Luar Negeri, Ini Syaratnya
“Tapi terserah Indonesia untuk melanjutkannya,” kata Vorobieva.
Dalam diskusi virtual yang diadakan International Defence Diplomacy, kemarin, analis dan pengamat militer dari Lab 45, ndi Widjayanto mengungkapkan, Indonesia memborong jet tempur Prancis dan AS karena ingin menggantikan skuadron yang isinya pesawat tua.
“Awalnya kita mau beli Sukhoi SU-35 untuk menggantikan skuadron yang isinya F5. Jet tempur itu kini terparkir di Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur,” terang Andi Widjajanto
Baca juga : Hore, Stasiun Cikarang Kini Layani Penumpang KA Jarak Jauh
Namun, Andi menilai, Indonesia seperti kesulitan untuk menuntaskan pembelian Sukhoi Su-35 lantaran pembeliannya menggunakan metode imbal dagang. Menurutnya, pembelian dengan imbal dagang ini bermakna, tak semua pembayarannya dilakukan dengan uang tunai, tetapi bisa juga dengan komoditas yang dijual ke Rusia.
“Kalau melihat India, pembayaran tunai bukan dilakukan dalam dolar AS, melainkan Rubel dan Rupee. Susah buat kita untuk memakai Rubel dan Rupiah,” ujarnya.
Analisa Australian Strategic Policy Institute di laman website-nya, salah satu alasan mengapa Indonesia lambat dalam memproses pembelian Sukhoi Su-35 karena adanya ancaman sanksi AS, yaitu CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) yang diloloskan senat pada 2017.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya