Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Perempuan Iran Pra & Pasca Revolusi Islam

Jumat, 17 Februari 2023 07:02 WIB
Pilot perempuan Iran, Kapten Neshat Jahandari (kiri) bersama Co-Pilot-nya, Forouz Firouzi. [Foto: intellinews.com]
Pilot perempuan Iran, Kapten Neshat Jahandari (kiri) bersama Co-Pilot-nya, Forouz Firouzi. [Foto: intellinews.com]

Oleh: Dr. Mohammad Reza Ebrahimi

Konselor Kebudayaan Iran di Indonesia

Untuk waktu yang lama, Iran telah diserang oleh pihak-pihak asing, baik fisik atau melalui masuknya ide-ide dari luar. Sumber daya negara yang begitu besar, termasuk budaya Islam yang kaya, telah dijarah oleh Barat dan Timur. Budaya asing telah menunjukkan wajah buruknya di seluruh Iran; budaya vulgar yang merupakan hasil dari pengaruh negara adidaya di Iran pada era Pahlevi.

Sejak kekuasaan dan pemerintahan Raja-raja Pahlevi, pengaruh Inggris dan AS yang despotik meluas, budaya Islam telah direnggut dan budaya barat memperkuat pijakannya untuk melemahkan masyarakat di Iran.

Terlihat jelas bahwa dalam penjarahan ini, perempuan dalam masyarakat lebih banyak dirugikan. Para penguasa tahu betul bahwa mereka akan mampu membuat masyarakat menjadi vulgar melalui pengaruh dan serangan terhadap opini perempuan dan membuat kekuatan masyarakat menjadi lemah dan tidak efektif serta menghilangkan rasa tanggung jawab dan kewajiban sosial.

Dengan slogan-slogan yang menipu, para kolonial menempatkan perempuan dalam lumpur politik niatan jahat mereka dan menggunakannya hanya sebagai alat kesenangan dan propaganda anti-moral.

Namun dari gerakan yang dimulai pada 5 Juni 1963, perempuan muslimah Iran yang menunggu kesempatan, bak api di bawah abu, mulai bergerak bersama kaum lelaki dalam jihad dan berperang melawan taghut. Saat mendekati 1978, jumlah dan intensitas aktivitas kaum perempuan ini semakin meningkat.

Dengan berkobarnya revolusi, kaum perempuan muslimah, yang sebelumnya telah berjuang melawan rezim Syah dengan aktivitas rahasia sebagai ibu para syuhada atau istri para pejuang, turun ke jalan dan meneriakkan "Matilah Syah" dan melanjutkan gerakan revolusi.

Imam Khomeini, reformer besar abad ini, sering menyebut kaum perempuan dalam berbagai ucapan sebagai pelopor revolusi: "Perjuangan kami berhutang budi kepada kaum perempuan." (Sahifah Imam, Jilid 7, hal. 339)

Ungkapan ini lebih ekspresif daripada kata-kata apapun untuk menunjukkan peran perempuan dalam kemenangan Revolusi Islam.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.