Dark/Light Mode

Perempuan Iran Pra & Pasca Revolusi Islam

Jumat, 17 Februari 2023 07:02 WIB
Pilot perempuan Iran, Kapten Neshat Jahandari (kiri) bersama Co-Pilot-nya, Forouz Firouzi. [Foto: intellinews.com]
Pilot perempuan Iran, Kapten Neshat Jahandari (kiri) bersama Co-Pilot-nya, Forouz Firouzi. [Foto: intellinews.com]

 Sebelumnya 

Nah, di antara mereka bisa ada kategori lain, yaitu perempuan pedesaan, ibu rumah tangga, dan perantau, tetapi pada umumnya partisipasi massa dari perempuan sebelum revolusi sangat kecil. Karena ruang masih belum cocok dan benak atau pikirannya diracuni, partisipasi politik dan sosial perempuan sangat minim.

Rezim penguasa merencanakan kehadiran perempuan dalam bentuk model barat dan sepenuhnya bersifat instrumental. Perempuan harus dianggap melanggar banyak nilai agar bisa berada di arena sosial.

Satu dari setiap lima perempuan Iran melek huruf. Oleh karena itu, belum ada minimum dan aksesoris yang diperlukan untuk partisipasi, yaitu literasi dan kesadaran.

Jika kita melihat lebih jauh ke belakang, pembukaan sekolah perempuan dari periode Reza Khan dan pembentukan kelompok perempuan aktif, yang menjadi dasar pemaksaan pelepasan hijab, merupakan awal dari kehadiran perempuan di etalase dan rumah.

Di sisi lain, kita dapat melihat bahwa pada periode terakhir Parlemen Nasional di masa Shah, hanya ada sedikit perwakilan perempuan. Namun tidak ada organisasi politik maupun organisasi non-pemerintah di tengah masyarakat.

Alih-alih menghadapi gerakan rezim penguasa secara langsung dan sekaligus, Imam Khomeini memulai gerakan positif. Artinya, berdirinya sekolah-sekolah Islam perempuan dan dorongan keluarga untuk menyekolahkan anak perempuan mereka ke perguruan tinggi, berdirinya perkumpulan mahasiswa Islam, berdirinya pusat-pusat keagamaan, dan eksisnya dai-dai perempuan berujung pada terciptanya arus intelektual religius di perguruan tinggi.

Karena itu, para penganut pemikiran Imam Khomeini, dengan pandangan intelektual mendorong keluarga untuk menciptakan kesadaran anak perempuan mereka. Maka, pada dekade 70-an, sebagian mahasiswi berkuliah dengan hijab Islami, padahal pada saat itu ada opini bahwa mahasiswi yang kuliah dilarang mengenakan hijab.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.