Dark/Light Mode

Cerita WNI Yang Pulang Dari Sudan

Jalan Kaki Ke KBRI, Peluru Lewat Di Atas Kepala

Sabtu, 29 April 2023 09:04 WIB
Para WNI yang dievakuasi dari Sudan tiba di Bandara Soekarno-Hatta. (Foto: Putu Wahyu Rama/RM)
Para WNI yang dievakuasi dari Sudan tiba di Bandara Soekarno-Hatta. (Foto: Putu Wahyu Rama/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi akibat perang di Sudan, tiba di Tanah Air dengan selamat, kemarin. Mereka diterbangkan dari Jeddah, Arab Saudi menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 991. Total ada 385 WNI yang dievakusi pada tahap pertama ini.

Para WNI ini tiba di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) sekitar pukul 06.00 WIB. Kedatangan mereka langsung disambut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, dan Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra di apron bandara. Mereka sudah menunggu sejak pukul 05.00 WIB.

Retno yang mengenakan setelan kemeja putih lengan panjang dengan celana bahan hitam bersama Yudo menyambut para WNI yang baru tiba. Para WNI langsung itu langsung diarahkan memasuki bus untuk menuju Terminal 3 Bandara Soetta.

Usai menyambut para WNI, Retno langsung menggelar jumpa pers. Dalam keterangannya, ada sekitar 385 WNI yang mendarat di Tanah Air. Mereka terdiri dari 248 perempuan dan 137 laki-laki. Dan, 43 di antara mereka anak-anak.

Mereka merupakan WNI kloter pertama WNI yang dievakuasi dari Sudan melalui Jeddah. Proses evakuasi selanjutnya, kata Retno akan dilakukan pada 29 dan 30 April 2023 menggunakan pesawat TNI Angkatan Udara.

Baca juga : Akrab Banget, Jokowi Dan Ganjar Jalan Bareng Usai Shalat Jumat Di Masjid Syeikh Zayed

"Saat ini masih ada 111 WNI yang berada di Kota Port Sudan, menunggu untuk diterbangkan ke Jeddah dengan pesawat TNI Angkatan Udara," jelas Retno.

Pasca tiba di Tanah Air, WNI yang dievakuasi dari Sudan tidak langsung dipulangkan ke tempat asalnya masing-masing. Mereka ditampung sementara di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Mereka diangkut menggunakan bus TransJakarta.

Dari pantauan Rakyat Merdeka, pemerintah sudah menyiapkan fasilitas untuk menyambut kedatangan mereka. Pemerintah menyediakan tiga gedung sebagai tempat penampungan. Yaitu Gedung A, B, dan C.

Di depan gedung tersebut terdapat wahana permainan seperti trampolin dan perosotan sebagai bentuk trauma healing untuk anak-anak. Ada juga stand makanan dan minuman gratis yang disediakan Rumah Zakat dan dapur keliling Dompet Dhuafa.

Sementara pusat komando ada di Gedung Serbaguna 3. Pusat Komando ini diisi perwakilan Pemda dan pihak Kementerian Dalam Negeri. Sambil di data untuk dipulangkan secara rombongan, para WNI juga mendapat pemeriksaan kesehatan gratis.

Baca juga : Cerita The Diplomat Tailor Siapkan Jas Rapi untuk Pelantikan Dito Ariotedjo

Rakyat Merdeka mendapat kesempatan untuk berbincang dengan salah satu WNI yang berhasil selamat, yaitu Supartin. Wanita 48 tahun asal Madiun, Jawa Timur ini cerita bagaimana mencekamnya kondisi Sudan di tengah konflik.

Sejak tahun 1998 mengais rejeki di Sudan, baru kali ini Supartin benar-benar ketakutan. Sebab, kontrakannya di Arkaweet sempat terkena ledakan bom. Beruntung, dia tidak mendapat luka serius.

Melihat kondisi yang makin membahayakan keselamatannya, Supartin langsung meminta izin kepada majikannya yang lebih dulu mengungsi ke Mesir, untuk pulang ke Indonesia.

Bersama anak dan satu orang temannya, Supartin lebih dulu mencari perlindungan ke KBRI yang ada di Kota Khartoum. Tapi, tidak ada kendaraan yang beroperasi. Ia pun memutuskan jalan kaki meskipun dihujani peluru.

"Kita beranikan diri ke KBRI jalan kaki hampir satu jam. Sepanjang jalan itu ngeri banget, ada suara tembakan dan bom di mana-mana. Peluru di atas kepala,” ungkap Supartin.

Baca juga : Ciptakan Kreasi Bersama Perempuan Milenial Di Pasuruan

Sepanjang jalan, Supartin rela jadi tameng bagi anaknya. Dia sibuk merangkul dan menutup mata sang anak, karena di tengah jalan banyak mayat tergeletak. Selain khawatir kena peluru nyasar, dia juga takut anaknya mengalami trauma mendalam. "Tapi alhamdulillah, Allah melindungi," katanya.

Setelah sampai di KBRI, Supartin menginap satu malam sambil menunggu WNI lain untuk diterbangkan ke Indonesia. Keesokan harinya, mereka baru diantar menggunakan bus ke Bandara Internasional Port Sudan Baru.

Di tengah jalan, rupanya nasib sial belum meninggalkan Supartin. Bus yang ditampanginya mengalami kecelakaan. Akibatnya, ada tiga orang WNI yang mengalami patah tulang. Mereka akhirnya dibawa ke rumah sakit terdekat dan gagal kembali ke Indonesia.

Alhasil, rombongan yang selamat dioper ke bus baru. Mereka langsung dibawa menuju bandara. Sayangnya, pesawat TNI yang menjemput tidak cukup untuk menampung semua penjuang devisa. Mereka akhirmya dibagi dalam dua grup. Ada yang langsung ke Jeddah naik pesawat, ada juga yang via jalur laut. Setelah itu, baru mereka diterbangkan ke Indonesia menggunakan pesawat Garuda Indonesia.

Ditanya apakah bakal kembali ke Sudan setelah perang usai, Suparti mengaku kapok. Dia lebih memilih tinggal di Indonesia. "Saya mau dagang saja di kampung," pungkasnya. PYB/BYU

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.