Dark/Light Mode

Wawancara Eksklusif Dengan Dubes Sudan Untuk Indonesia Yassir Mohamed Ali

Indonesia Akan Masuk 10 Besar Kekuatan Ekonomi Dunia

Sabtu, 13 Mei 2023 08:00 WIB
Duta Besar (Dubes) Sudan untuk Indonesia Yassir Mohamed Ali. (Foto: Patra Rizky Syahputra/RM).
Duta Besar (Dubes) Sudan untuk Indonesia Yassir Mohamed Ali. (Foto: Patra Rizky Syahputra/RM).

RM.id  Rakyat Merdeka - Duta Besar (Dubes) Sudan untuk Indonesia Yassir Mohamed Ali, bercerita soal kondisi terkini di negaranya. Dubes Ali yakin, konflik antara militer Sudan (SAF) dengan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) di negaranya akan segera berakhir. Kondisi akan seperti sedia kala.
    Keyakinan itu disampaikan Dubes Ali saat bertandang ke dapur redaksi Rakyat Merdeka & RM.id, kemarin sore. Itu kunjungan pertama Ali ke kantor redaksi media sejak bertugas di Jakarta awal tahun ini. 
    Bersama Wakil Dubes Sudan untuk Indonesia, Sid Ahmed M. Alamain Hamid Alamain, Dubes Ali bercerita soal situasi terbaru di negaranya. 
    "Saya yakin, situasinya akan kembali normal," ujar Ali.
    Apalagi kedua pihak yang bertikai, dengan fasilitasi Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi, Kamis (11/5), telah meneken Deklarasi Jeddah untuk melindungi warga sipil dan relawan kemanusiaan di Sudan. Kedua pihak sepakat untuk tidak menargetkan rumah sakit sebagai sasaran.
    "RSF juga berjanji menghentikan penjarahan toko seperti yang mereka lakukan sebelumnya," ucapnya.
    Namun, sambung Ali, ada sedikit keraguan RSF bakal komit dengan janjinya. Pasalnya, saluran komunikasi organisasi milisi RSF telah berhasil diputus militer Sudan. Dan pasukan RSF tercerai-berai. 
    "Saya meragukan mereka bakal  terorganisir untuk mengikuti apa yang telah disepakati perwakilan mereka di Jeddah," ujarnya.
    Saat ini, sambungnya, RSF telah kehilangan lebih dari 90 persen kemampuan tempur di sebagian besar dari 18 Negara Bagian Sudan. RSF juga kehilangan lebih dari 70 persen pasukannya di Ibu Kota. "Perkiraan militer yang dikonfirmasi menunjukkan, konflik ini akan segera berakhir, dan tidak akan bertahan lama, Insya Allah," harapnya.
    Terkait kondisi warga di Ibu Kota Khartoum yang berpopulasi sekitar 8 juta jiwa, Ali mengatakan, lebih dari setengahnya masih tinggal di lingkungan yang aman. Selain itu, belum ada kamp pengungsi akibat operasi militer.
    Namun, lanjutnya, dimulainya kembali proses politik tidak akan terjadi kecuali pasukan pemberontak sepenuhnya dihilangkan. Serta tercapai prinsip satu tentara nasional. 
    "Makanya, dengan tegas dinyatakan, bahwa konflik berdarah yang terjadi di Sudan adalah karena pemberontakan RSF untuk merebut kekuasaan dengan senjata," kata Dubes yang pernah jadi jurnalis itu.
    Ali melanjutkan, insiden tersebut dianggap sebagai masalah internal negara serta tidak memerlukan campur tangan pihak asing. Hal itu juga dikonfirmasi pernyataan Liga Arab dan Uni Afrika. Yang diperlukan sekarang hanyalah: dukungan politik untuk Sudan ke arah lebih baik. "Sertai memberikan bantuan kemanusiaan dan lainnya dalam koordinasi dengan otoritas negara Sudan," ujar mantan Dubes Sudan untuk Tanzania itu.
    Dubes Ali pun berharap secepatnya bisa bertemu Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi untuk menyampaikan perkembangan situasi dan bantuan untuk Sudan. "Insya Allah minggu depan bakal jumpa," kata penggemar minuman teh susu ini.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.