Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Saat Amerika Serikat (AS) mendapuk Barack Obama sebagai presiden kulit hitam pertama dalam sejarah pada 2008, seolah Paman Sam sudah menghapus sejarah kelamnya seputar rasisme dan perbudakan.
Sayang, satu dekade kemudian, isu ini justru kembali memanas di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Bahkan sebelum dia terpilih menjadi presiden AS, Trump sudah menyebarkan info simpang siur soal kewarganegaraan Obama.
Setelah Trump menjadi presiden, isu rasisme pun makin menjadi-jadi. "Pendukung Trump ingin Amerika kembali ke era, di mana pria adalah pemimpin dan wanita hanya di rumah," ujar mantan diplomat Amerika Serikat Stanley Harsha.
Baca juga : Penampungan Sampah Berubah Indah, Dubes Meksiko Kagumi Taman Harmoni
Stanley hadir menjadi salah satu pembicara diskusi virtual yang digelar Marapi Consulting and Advisory bertajuk Pemilu Presiden AS 2020 dan Pengaruhnya atas Indonesia, Rabu (7/10). "Mereka mau nilai-nilai koboi kembali lagi. Kejayaan masa lalu," sambungnya.
Sepertinya, terpilihnya Obama memang tidak semerta-merta menghapus isu rasial di AS. Bahkan kemunculan Trump secara historis tidak mengejutkan.
Dijelaskan, bahwa AS di masa Perang Sipil pada 1861-1865, yang berujung pada emansipasi budak Afrika-Amerika, diikuti dengan periode bernama Rekonstruksi. Dalam periode ini, komunitas kulit hitam kembali menyatu dalam kehidupan masyarakat Amerika.
Baca juga : Ivanka Trump dan Suaminya Nggak Kena Corona
Namun etnis Afrika-Amerika masih belum terlalu mendapat kebebasan saat itu, terutama di era Jim Crow yang menerapkan segregasi rasial. Hak orang kulit hitam di AS baru terjamin lewat undang-undang Civil Rights Act dan Voting Rights Act di era 1960-an.
Sejak saat itu, para politisi Amerika secara umum lebih berhati-hati saat menyinggung isu ras. "Gerakan hak sipil menciptakan semacam norma yang menentang seseorang dalam mengucapkan pernyataan bernada rasis. Donald Trump telah melanggar norma-norma tersebut," ujar Stanley.
Kontroversi terbaru mengenai ras dimulai saat Trump menyerang empat perempuan anggota kongres dari Partai Demokrat. Setelah itu, Trump juga menyerang politikus kulit hitam bernama Elijah Cummings yang mewakili Distrik Baltimore. Trump menyebut Baltimore sebagai kota penuh tikus dan hewan pengerat.
Baca juga : Liga Eropa : AC Milan dan Spurs Lolos Ke Putaran Ketiga
Tidak berhenti sampai di situ, Trump menyerang aktivis kulit hitam Al Sharpton yang membela Cummings. Menurutnya, Sharpton adalah seorang penipu yang hanya bisa berbuat onar.
Trump dinilai sejumlah pihak sedang mengeksploitasi isu rasial demi kepentingan politik. Ia juga menjadikan politik identitas kulit putih sebagai salah satu kekuatan utama dalam strategi kemenangan pilpres 2020. [DAY]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya