Dark/Light Mode

Debat Capres Amerika Usai Sudah

Trump Diprediksi Sulit Ubah Hati Pemilih

Jumat, 23 Oktober 2020 16:24 WIB
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan calon Presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden pada debat terakhir kampanye Presiden AS 2020 di Belmont University di Nashville, Tennessee, AS, 22 Oktober 2020. [Foto: REUTERS / Jonathan Ernst]
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan calon Presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden pada debat terakhir kampanye Presiden AS 2020 di Belmont University di Nashville, Tennessee, AS, 22 Oktober 2020. [Foto: REUTERS / Jonathan Ernst]

RM.id  Rakyat Merdeka - Debat terakhir calon Presiden (capres) Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan penantangnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, digelar Kamis (22/10/2020) malam waktu AS.

Sejauh ini, pemilih yang belum mengambil keputusannya relatif tinggal sedikit. Artinya, jendela Trump untuk memengaruhi hasil, mungkin akan ditutup. Apalagi, kutip kantor berita Reuters, 47 warga Amerika telah memberikan suara mereka. Angka ini melampaui total pemungutan suara awal (early voting) pada Pemilu 2016 lalu.

Meski berusaha membujuk calon pemilih yang masih ragu untuk mencoblos pada pemilihan presiden (Pilpres) 3 November mendatang, keduanya menawarkan pandangan yang sangat kontras. Terutama dalam upaya menghadapi pandemi Corona yang masih parah hingga saat ini.

Baca juga : Prestasi Hamilton Diprediksi Lebih Jos dari Schumacher

Di debat terkahir ini, penampilan Trump tampak lebih terkendali daripada debat pada September lalu. Saat itu, dia berulang kali memotong pembicaraan Biden yang sedang dapat giliran berbicara.

Tapi tetap saja, keduanya masih sering melakukan serangan yang sifatnya pribadi. Sehingga tidak menunjukkan rasa saling menghormati. Trump misalnya, banyak melontarkan tuduhan korupsi yang tidak berdasar pada Biden dan keluarganya.

Untungnya, debat yang lebih substantif berlangsung lancar untuk tema-tema berbagai topik. Termasuk masalah ekonomi, ras, perubahan iklim, perawatan kesehatan dan imigrasi.

Baca juga : Trump Untung Apa Buntung

Namun isu pandemi Corona, selalu menjadi salah satu topik di setiap kampanye. “Siapapun yang bertanggung jawab atas banyak kematian (akibat Covid-19), tidak boleh lagi menjadi Presiden Amerika Serikat,” serang Biden.

Menyangkut hal ini, Trump, yang selalu mengutamakan pengelolaan ekonomi di setiap kampanyenya, membela pendekatannya terhadap kondisi pandemi tersebut. Amerika, ujarnya, tidak dapat menutup aktivitas bisnis lagi. Sekalipun terjadi lonjakan baru angka penularan Corona.

“Kami belajar menghadapinya. Kami tidak punya pilihan,” kata Trump, yang selama beberapa bulan selalu menganggap remeh Covid-19.

Baca juga : Trump dan Istri Kepatil Corona

“Belajar hidup bersama Covid-19? Yang benar saja!? Kami sudah sekarat karena Covid-19," balas Biden.

Trump menegaskan, Covid-19 akan hilang. Padahal, sejumlah Negara Bagian di AS malah melaporkan, justru terjadi rekor peningkatan penularan virus ini selama Kamis (22/10) kemarin.

Dia juga menyerang Biden, karena memecahkan rekor hampir 50 tahun menjadi politisi, tanpa menghasilkan kebijakan penting. Sayangnya, Trump juga tidak merinci agenda untuk masa jabatannya yang kedua sebagai Presiden AS bila nanti kembali terpilih.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.