Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Setelah Trump Kalah

Parlemen Taiwan Ragu Biden Mau Lawan China

Selasa, 10 November 2020 07:07 WIB
Kapal perang China menggelar latihan di Selat Taiwan saat Menteri Kesehatan Amerika Serikat Alex Azar datang ke Taipei, Agustus lalu.(Foto SCMP)
Kapal perang China menggelar latihan di Selat Taiwan saat Menteri Kesehatan Amerika Serikat Alex Azar datang ke Taipei, Agustus lalu.(Foto SCMP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kekalahan Donald Trump di Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) membuat Parlemen Taiwan menyangsikan keberlanjutan dukungan negeri adidaya itu dalam melawan China.

Selama Trump memimpin AS, Taiwan memang mendapatkan dukungan yang kuat dari AS. Namun, Pemerintah Taiwan berusaha meyakinkan parlemen, bahwa Presiden terpilihnya Joe Biden bakal melanjutkan du- kungannya pada negara pulau yang diklaim China itu.

Kemarin, beberapa legislator menggambarkan Biden sebagai sosok yang “ramah” kepada China. Sebagian politikus lainnya mengingatkan kembali penentangan Biden terhadap rancangan Undang-Undang (RUU) yang dibuat, untuk memperkuat keamanan Taiwan pada 1999.

“Kekhawatiran terbesar kami adalah apakah pemerintahan Biden dapat menyesuaikan ke- bijakannya,” kata legislator dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa, Huang Shih Chieh, kutip Reuters.

Merespons pertanyaan itu, Kepala Dewan Taiwan untuk Urusan China Daratan, Chen Ming Tong, berulang kali meyakinkan anggota parlemen, bahwa perubahan mendasar dalam dukungan AS untuk Taiwan tidak mungkin terjadi.

Baca juga : Trump Kalah, Trumpisme Tidak

“Tidak perlu khawatir tentang perubahan di Gedung Putih. Meskipun mungkin ada bebera- pa perubahan dalam taktik Biden terhadap China, tidak akan ada perubahan dalam strategi China,” ujarnya meyakinkan.

Chen mencatat, di masa kepemimpinan Presiden Barack Obama yang ketika itu Biden menjadi wakil presidennya, AS mendorong terbentuknya “Poros Asia” untuk menentang kebangkitan China.

Biden, kata dia, tidak mungkin menentang struktur geopolitik saat ini dari kebuntuan AS- China. “Melihat komentarnya (Biden) dan dukungan untuk Taiwan di masa lalu, kami dapat mempercayai, dia untuk terus memperkuat hubungan Taiwan dan AS,” ucapnya.

Chen mengatakan, meski Biden secara umum dipandang ramah terhadap China, politikus gaek mantan Wapres AS dua periode itu juga melontarkan banyak kritik tentang China. “Beberapa orang hanya melihat satu sisi cerita dan mengabaikan sisi lain,” tuturnya.

Ketegangan antara Taiwan dan China meningkat secara dramatis sejak Trump menjabat Presiden AS, sejak empat tahun lalu. China pertama kali murka gara-gara adanya komunikasi via telepon antara Trump dan Presiden Taiwan, Tsai Ing Wen, tak lama setelah politikus Partai Republik itu memenangkan Pemilu AS 2016.

Baca juga : Apakah Biden Sanggup Patahkan Kutukan Hillary?

Percakapan antara pemimpin kedua negara itu belum pernah terjadi sejak AS menjalin hubungan formal dengan Taiwan pada 1979. Kemarahan China semakin bertambah, setelah adanya peningkatan penjualan senjata AS ke Taiwan. Juga kunjungan dua pejabat tinggi AS ke Taipei dalam beberapa bulan terakhir.

Berbagai kebijakan itu membuat Trump menjadi sosok yang populer di kalangan masyarakat Taiwan. China lantas merespons manuver AS itu dengan meningkatkan latihan militer di dekat Taiwan. Termasuk menerbangkan jet-jet tempur di atas garis tengah Selat Taiwan yang sensitif. Aktivitas militer Beijing itu pun kian meningkatkan kekhawatiran akan konflik di kawasan.

Untuk Palestina

Sedangkan di Timur Tengah, pemimpin Hamas, Ismail Haniyah, mendesak Biden, membatalkan solusi damai ala Trump terkait konflik Israel-Palestina. Perjanjian yang dikenal dengan sebutan “Kesepakatan Abad Ini” atau “Trump Peace Plan” itu dibuat tanpa melibatkan masukan dari pihak Palestina.

Melalui pernyataan resminya, Haniyah meminta pemerintahan Biden agar mencabut pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Dia juga meminta AS membatalkan pemindahan Kedutaan Besar (Kedubes) AS ke kota suci tersebut.

Baca juga : Sukur Pimpin Rapat Pemenangan Yesy Dan Adly Di Karawang

“(Mendesak Biden) agar meralat arah kebijakan AS yang tak adil terhadap rakyat kami, yang menjadikan AS mitra bagi Israel dalam penindasan dan agresi (terhadap Palestina),” ungkap Haniyah, dilansir Kantor Berita Turki, Anadolu, kemarin.

Pemimpin Hamas itu pun menyerukan agar AS yang baru menghormati itikad rakyat Palestina beserta pilihan demokratis mereka. Dia juga meminta AS menahan diri dari kebijakan yang menekan rakyat dan negara-negara kawasan untuk menormalisasi hubungan dengan kelompok pendudukan Israel. [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.