Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Peringatan Hari Quds Internasional 2021

Nasib Palestina Pasca Perdamaian UEA-Bahrain-Israel

Selasa, 4 Mei 2021 16:12 WIB
Kiki Mikail, Dosen Politik Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah, Palembang
Kiki Mikail, Dosen Politik Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah, Palembang

RM.id  Rakyat Merdeka - Perseturuan Palestina versus Israel pasca wafatnya “jenderal Timur Tengah” Ghasem Soleimani, merupakan salah satu subjek yang penting, yang telah diperdebatkan oleh para pemerhati Studi Timur Tengah. Karena Jenderal Ghasem Soleimani merupakan salah satu aktor penting dalam kemajuan pembahasan kemerdekaan Palestina, yang selama ini mendapat perlakuan diskriminatif dari Zionisme Israel.

Hampir memasuki 7 dekade, tetapi pembahasan kemerdekaan Palestina seakan sulit diwujudkan, ditambah perginya Sang Jenderal ke hadapan Sang Pencipta pasca dibunuh secara sadis oleh tentara Amerika Serikat. Hal tersebut membuat perdamaian Palestina-Israel sulit diwujudkan dan antusiasme kebangkitan Negara-negara Islam untuk mendampingi Palestina dalam mewujudkan tatanan Timur Tengah, khususnya perdamaian Palestina Israel pasca kesepakatan damai Israel-UEA-Bahrain di Gedung Putih pada September 2020 lalu, semakin rumit dirumuskan.

Baca juga : Quds, Kiblat Pertama Ummat Islam

Sebelumnya, negara-negara di Timur Tengah yang memiliki perjanjian diplomatik dengan Israel hanya Mesir, yang berdamai pada 1979, dan Yordania pada 1994. Negara-negara Arab atau Timur Tengah lainnya sepakat menolak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, semata-mata demi mendukung Palestina yang selama ini telah di dizalimi oleh Zionisme Israel dan sekutu.

Konflik berkepanjangan antara dua kubu tersebut, tidak terlepas dari berbagai kepentingan politik, ketegangan militer yang bermula dari saling klaim tanah yang diklaim bangsa Yahudi sebagai tanah leluhurnya, dimulai sekitar abad ke-19. Di saat bersamaan, Gerakan Pan Arab yang nasionalis tetap teguh menyatakan, bahwa tanah yang diperebutkan kedua kubu tersebut merupakan tanah sah nenek moyang orang-orang Arab Palestina.

Baca juga : Menteri Nadiem Ingin Wujudkan Gerakan Merdeka BelajarĀ 

Tensi Israel dan Palestina semakin meningkat ketika PBB secara sepihak memutuskan membagi wilayah Palestina dan Israel, yang memberikan tanah Palsetina kepada Israel sekitar 30 persen. Namun kenyatannya, Israel telah menduduki tanah Palestina lebih dari 55 persen. Keputusan PBB tersebut telah mendorong orang-orang Israel memproklamirkan kemerdekaannya pada 14 Mei 1948, yang diketuai oleh David Ben Gurion. Pemimpin Yahudi di Palestina mendeklarasikan berdirinya negara Israel sebagai sebuah akhir dari mandat Inggris, meski tanpa mengumumkan titik-titik perbatasan negara Israel yang jelas.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.