Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Usaha Joe Biden Bertepuk Sebelah Tangan

Eropa Masih Sakit Hati Dengan Donald Trump

Sabtu, 12 Juni 2021 05:34 WIB
Presiden Amerika Serikat Joe Biden. (FOTGetty Images via AFP/Chip Somodevilla)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden. (FOTGetty Images via AFP/Chip Somodevilla)

RM.id  Rakyat Merdeka - Joe Biden berusaha memulihkan hubungan Amerika Serikat (AS) dengan sekutunya di Eropa setelah empat tahun mengalami ketegangan di era Presiden DonaldTrump. Namun sayang, usaha tersebut bertepuk sebelahtangan.

Para pemimpin Eropa optimis­tis dan secara terbuka memuji multilateralisme yang diusung Biden. Tapi sayang, keraguan mereka terhadap Biden justru lebih besar. Itu terjadi akibat luka yang ditinggalkan Trump dengan prinsip isolasinya.

Kehadiran Biden dalam per­temuan kelompok negara ma­ju, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7, menurut sekutunya belum cukup. Mereka menunggu tindakan nyata AS. Apalagi mereka mengkhawatirkan situasi politik Negeri Paman Sam yang belakangan kerap bergejolak.

Baca juga : Setelah 52 Laga, Anastasia Akhirnya Sampai Ke Puncak

“Apakah ini hanya peralihan antara Trump jilid satu ke “Trump” jilid dua? Tidak ada yang tahu,” kata David O’Sullivan, mantan Duta Besar Uni Eropa di Washington DC, yang dikutip Reuters, kemarin.

Menurutnya, sebagian be­sar orang berpandangan harus mengambil kesempatan saat ini dalam memperkuat hubungan dengan AS. “Sambil berharap itu dapat bertahan melampaui paruh waktu hingga 2024,” ujarnya.

Pada 2017 Trump di awal kepemimpinannya, mengejut­kan negara Barat dengan jargon kebijakannya America First. Tidak seperti presiden-presiden AS sebelumnya, Trump benar-benar mengubah pan­dangan tradisional bangsanya mengenai siapa musuh dan sahabat Amerika. Sejak saat itu, hubunganWashington dengan sekutu Trans Atlantik mereka praktis mengalami pasang surut. Yakni, dengan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Altlantic Treaty Organization/NATO) dan Uni Eropa (UE). Begitu juga dengan gengnyadi kelompok negara ma­ju, G7 (Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, dan AS)

Baca juga : Besok, Sinar Mas Gelar Vaksinasi Gotong Royong

Namun, Biden, lewat janji-janjinya selama kampanye, ingin merapat kembali ke sekutunya dengan semboyannya America is Back. Yang salah satunya di­wujudkan dengan kehadirannya di KTT G7.

Tapi kenyataannya, para se­kutu masih bingung melihat kebijakan AS saat ini. Hingga lima bulan sejak Biden men­jabat, hanya sedikit kebijakan internasional AS yang bersifat konkret.

Keputusan Biden untuk men­dorong aturan ‘Beli Amerika’, mendukung pengabaian hak ke­kayaan intelektual di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) di­lakukan dengan hanya sedikit konsultasi dengan anggota lain.

Baca juga : Jangan Hanya Beri Info, Sadarkan Masyarakat Dengan Pengetahuan

AS juga menetapkan jadwal agresif untuk penarikan pasukannya dari Afghanistan. Yang tentu mengejutkan sekutu mereka. Biden mengatakan, semua pasukan AS akan meninggalkan Afghanistan pada 11 September mendatang.

Langkah itu diikuti sekutu. Tapi, beberapa diplomat Barat menilai, kebijakan itu dilakukan untuk kepentingan domestik AS sendiri.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.