Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Usaha Joe Biden Bertepuk Sebelah Tangan
Eropa Masih Sakit Hati Dengan Donald Trump
Sabtu, 12 Juni 2021 05:34 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Joe Biden berusaha memulihkan hubungan Amerika Serikat (AS) dengan sekutunya di Eropa setelah empat tahun mengalami ketegangan di era Presiden DonaldTrump. Namun sayang, usaha tersebut bertepuk sebelahtangan.
Para pemimpin Eropa optimistis dan secara terbuka memuji multilateralisme yang diusung Biden. Tapi sayang, keraguan mereka terhadap Biden justru lebih besar. Itu terjadi akibat luka yang ditinggalkan Trump dengan prinsip isolasinya.
Kehadiran Biden dalam pertemuan kelompok negara maju, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7, menurut sekutunya belum cukup. Mereka menunggu tindakan nyata AS. Apalagi mereka mengkhawatirkan situasi politik Negeri Paman Sam yang belakangan kerap bergejolak.
Baca juga : Setelah 52 Laga, Anastasia Akhirnya Sampai Ke Puncak
“Apakah ini hanya peralihan antara Trump jilid satu ke “Trump” jilid dua? Tidak ada yang tahu,” kata David O’Sullivan, mantan Duta Besar Uni Eropa di Washington DC, yang dikutip Reuters, kemarin.
Menurutnya, sebagian besar orang berpandangan harus mengambil kesempatan saat ini dalam memperkuat hubungan dengan AS. “Sambil berharap itu dapat bertahan melampaui paruh waktu hingga 2024,” ujarnya.
Pada 2017 Trump di awal kepemimpinannya, mengejutkan negara Barat dengan jargon kebijakannya America First. Tidak seperti presiden-presiden AS sebelumnya, Trump benar-benar mengubah pandangan tradisional bangsanya mengenai siapa musuh dan sahabat Amerika. Sejak saat itu, hubunganWashington dengan sekutu Trans Atlantik mereka praktis mengalami pasang surut. Yakni, dengan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Altlantic Treaty Organization/NATO) dan Uni Eropa (UE). Begitu juga dengan gengnyadi kelompok negara maju, G7 (Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, dan AS)
Baca juga : Besok, Sinar Mas Gelar Vaksinasi Gotong Royong
Namun, Biden, lewat janji-janjinya selama kampanye, ingin merapat kembali ke sekutunya dengan semboyannya America is Back. Yang salah satunya diwujudkan dengan kehadirannya di KTT G7.
Tapi kenyataannya, para sekutu masih bingung melihat kebijakan AS saat ini. Hingga lima bulan sejak Biden menjabat, hanya sedikit kebijakan internasional AS yang bersifat konkret.
Keputusan Biden untuk mendorong aturan ‘Beli Amerika’, mendukung pengabaian hak kekayaan intelektual di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) dilakukan dengan hanya sedikit konsultasi dengan anggota lain.
Baca juga : Jangan Hanya Beri Info, Sadarkan Masyarakat Dengan Pengetahuan
AS juga menetapkan jadwal agresif untuk penarikan pasukannya dari Afghanistan. Yang tentu mengejutkan sekutu mereka. Biden mengatakan, semua pasukan AS akan meninggalkan Afghanistan pada 11 September mendatang.
Langkah itu diikuti sekutu. Tapi, beberapa diplomat Barat menilai, kebijakan itu dilakukan untuk kepentingan domestik AS sendiri.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya