Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Makna Perusakan Baliho Partai Demokrat

Kamis, 20 Desember 2018 10:35 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka - Merusak baliho dan atribut sebuah partai yang dipasang di tempat umum merupakan suatu tindak komunikasi (communication act). Oleh sebab itu, pasti ada maksud/tujuan tertentu. Ingat, communication is always intentional. Manusia nyaris tidak pernah berkomunikasi tanpa tujuan tertentu.

Dalam konteks Pemilu 2019, perusakan atribut Partai Demokrat di Pekanbaru Sabtu lalu merupakan “hal biasa” yang tidak usah membuat kita terkejut, apalagi ada pihak yang mencoba mendramatisirnya. Di Sulawesi Barat, baliho PDIP juga dirusak, menurut berita singkat di RM. 

Pimpinan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) juga mengaku perusakan terhadap atribut PSI belakangan ini kerap terjadi. Dalam Pemilu 1999 pasca ambruknya Orde Baru, banyak sekali atribut Golkar yang dirusak, bahkan dibakar sebagai kebencian pihak tertentu terhadap partai pendukung kuat Orde Baru. Dan Golkar babak-belur dalam Pemilu 1999.

Baca juga : SBY & Wiranto Berbalas Pantun

Saya tidak mengatakan ini fenomena perusakan atribut partai politik adalah biasa yang tidak perlu diributkan. Tentu, pengurus dan kader-kader Partai Demokrat merasa dirugikan, marah dan menuntut aparat penegak hukum untuk secepatnya mengungkap misteri di balik tindakan ini. Merusak  atribut partai politik identik dengan penghinaan, setidaknya pelecehan.

Dalam komunikasi politik, terdapat 2 (dua) pertanyaan sentral di balik setiap tindak komunikasi yang mengemuka, apalagi yang bersifat kontroversial: (a) Apa sesungguhnya tujuan tindak komunikasi itu, dan (b) Siapa pelakunya? 

Mengapa atribut Partai Demokrat dirusak pada saat kampanye pemilu sudah dimulai? Jawabannya tidak mudah, karena bisa puluhan alasan yang muncul. Yang umum, ya, sebagai pelampiasan ketidaksenangan, bahkan kebencian si pelaku atau dalang dari lakon tersebut kepada Demokrat, khususnya SBY, Ketua Umum Partai Demokrat. Bukankah kejadian ini bertepatan dengan kunjungan SBY ke Pekanbaru untuk berkampanye? Sebagai sinyal penolakan atas kunjungan SBY? 

Baca juga : OSO Serukan Pelaksanaan Demokrasi Konstitusional

Ketika masih menjabat Menteri Dalam Negeri di era Orde Baru, Jenderal TNI(purn) Rudini pernah disambut aksi unjuk rasa di depan kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Menjelang iring-iringan mobil Mendagri memasuk pintu utama ITB, tiba-tiba muncul sekelompok mahasiswa yang berteriak-teriak. Malah, sebagian dari mereka melemparkan telor busuk ke arah Rudini. “Saya tahu apamaksud mereka, tapi saya berusaha tenang,” ucap Rudini ketika saya wawancarai waktu itu. “Lho, saya datang atas undangan Rektor. Kenapa saya harus mundur? Itu kan urusan Rektor!”

Rudini salah satu pembantu kesayangan Presiden Soeharto. Menolak kunjungan Rudini bisa diidentikkan dengan kebencian mahasiswa terhadap regim Soeharto. Tetapi, kenapa orang atau kelompok orang yang melaku¬kan perusakan baliho dan bendera Partai Demokrat tidak suka/benci pada SBY? Pertanyaan ini membutuhkan analisis yang panjang dan mendalam. 

Misalnya, apakah ada kebijakan-kebijakan SBY sewaktu jadi Presiden yang dirasakan merugikan masyarakat Riau? Misalnya, kebakaran hutan yang rutin terjadi setiap tahun di Riau dan amat merugikan masyarakat setempa? 
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.