Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Makna Perusakan Baliho Partai Demokrat

Kamis, 20 Desember 2018 10:35 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Satu hal jangan dilupakan, dalam politik satu tambah satu tidak selalu dua. Hubungan dua fenomena dalam politik tidak selalu linear, bisa saja berliku-liku kaitan satu dan lainnya. “Teori bilyard” sering berlaku dalam permainan politik. Menurut teori bilyard, untuk menghantam A, kita hantam saja B yang berposisi dekat dengan Asebagai kamuflase. Orang lain berpikir si Ayang hendak “ditembak”, padahal sasaran sebenarnya si B. 

Begitu juga dengan pelaku. Harus disembunyikan identitas pelaku sedemikian rupa sehingga publik, juga aparat penegak hukum, kebingungan mencarinya. Jawaban yang paling gampang dan cukup logis: aksi itu pasti dilakukan oleh lawan-lawan politik? Maka, kecurigaan pertama langsung ditujukan kepada orang-orang PDIP.

Baca juga : SBY & Wiranto Berbalas Pantun

Seperti kita ketahui, sampai detik ini hubungan pribadi antara SBY dan Ibu Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP, tetap saja “ada apa-apanya”. Berbeda, misalnya, hubungan antara Ibu Mega dan Prof. BJ Habibie, 

Presiden RI ke-3 yang cukup mesra; apalagi hubunganpribadi antara Bu Mega dengan Gus Dur (alm) ketika sudah tidak jadi presiden lagi. Kedua tokoh ini bisa tertawa terpingkal-pingkal kalau sedang guyon berdua. Dengan SBY, Bu Mega susah tersenyum, salaman tangan pun “apa adanya”. 

Baca juga : OSO Serukan Pelaksanaan Demokrasi Konstitusional

Semua orang sudah tahu apa sebab Bu Mega sampai detik ini masih dongkol, bahkan mungkin dendam, terhadap SBY. Hal itu terkait erat dengan situasi politik menjelang Pemilu 2004, ketika SBY menjadi pembantu Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan. 

Dengan strategi yang piawai, SBY mampu menciptakan situasi sekitar pemerintahan Megawati sedemikian rupa sehingga kemudian tercipta stigma bahwa SBY telah dizalimi oleh orang-orang Presiden Megawati. Stigma penzaliman itu amat jitu; publik spontan memberikan simpatinya kepada SBY, terutama melalui media sosial. Syahdan, SBY akhirnya dengan mudah melenggang ke Istana dalam Pemilu 2004.

Baca juga : Wayangnya Dapat, Dalangnya Belum

Jadi, apakah perusakan atribut-atribut Partai Demokrat di Pekanbaru dilakukan oleh oknum-oknum PDIP? Saya tidak percaya. Adalah SANGAT BODOH jika kader PDIP yang merancang kejadian ini dengan sengaja untuk menohok Partai Demokrat dan SBY. 

Yang lebih logis, pelakunya adalah pihak ketiga yang melakonkan politik adu-domba. SBY dan para petinggi Demokrat jelas marah bercampur sedih menyaksikan kejadian tersebut. 
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.