Hanoman Obong dan Pembakaran Hutan

DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Bencana asap akibat pembakaran hu tan dan lahan gambut hampir se-bulan belum teratasi. Solusi untuk me madamkan sumber titik api masih berharap dari turunnya air hujan.

Kemarau panjang yang disebabkan “salah mongso” ikut memperparah bencana tahunan tersebut. Dampak pembakaran hutan selain merusak lingkungan alam juga mengganggu kesehatan manusia.

Ribuan orang terpapar menderita sakit pernapasan karena menghirup asap pembakaran. Gas karbon monoksida (CO) dari pembakaran sangat berbahaya karena tidak kasat mata.

Gas yan dihirup paru-paru masuk ke dalam darah. Sehingga dapat menghambat penyerapan gas oksigen dalam pe redaran darah. Akibatnya terjadi sesak napas dan penyakit iritasi pada kulit manusia.

“Bencana asap karena ulah teroris ling kungan, Mo,” celetuk Petruk. Romo Semar sedang asyik menikmati pisang rebus dan kopi pahit. Semar tidak mau pusing dengan bencana asap yang datang setiap tahun.

Baca juga : Pandu Naik Surga

Semar justru prihatin dengan maraknya demo di berbagai daerah menentang di sahkannya Rancangan Undang-Undang KUHP oleh DPR RI.

Pikiran Semar melayang ke zaman Ramayana di mana Hanoman membakar ludes Alengka. Orang yang memasang janur kuning berperilaku baik dan tidak mendukung kebijakan jahat Rahwana.

Maka rumah dengan janur kuning tidak terbakar. Kocap kacario, Prabu Rama Wijaya me ngutus Hanoman untuk melihat ke adaan Dewi Shinta yang diculik Prabu Rahwana di Alengka.

Selain untuk memastikan keberadaan Dewi Shinta, Hanoman diutus untuk mem berikan cincin milik Rama se ba gai tanda cintanya ke Dewi Sinta. Diperlukan keberanian khusus untuk bisa masuk seorang diri ke wilayah musuh.

Hanoman sudah teruji ke saktian nya berhasil masuk Alengka dan membobol pertahanan lawan. Hanoman menyelinap masuk ke ta man Asoka menemui Dewi Shinta.

Baca juga : Rebutan Wewenang Mayapada

Penjaga yang bertugas menjaga taman Asoka terkena aji sirep. Hanoman ber temu Shinta dan mengutarakan mak sudnya sebagai duta Prabu Rama Wijaya.

Cincin dari Rama diserahkan ke Dewi Shinta sebelum Hanoman min ta pamit untuk kembali ke Ayodya. Sepasang mata mengawasi gerak-gerik Hanoman.

Pada saat mau keluar taman, Hanoman dihadang oleh Indrajid anak Rahwana. Terjadilah pertarungan sengit antara Hanoman dan Indrajid. Hanoman berhasil diringkus dan dibawa ke alun-alun Alengka.

Rahwana murka mendengar ada maling masuk ke taman Asoka. Tanpa pikir Panjang Rahwana minta Hanoman dibakar hidup-hidup. Hanoman adalah anak angkat dewanya angin Dewa Bayu.

Sebagai anak Dewa Bayu, Hanoman tidak bisa mati oleh panas dan baranya api. Justru dengan api yang ada di sekujur tubuhnya bisa digunakan sebagai senjata untuk mem bakar kerajaan Alengka.

Baca juga : Pindahnya Ibukota Singgelo Puro

Separuh kerajaan Alengka hangus oleh kobaran api Hanoman. Konon wilayah Alengka yang tidak terbakar oleh api karena memasang janur kuning di depan pintu rumahnya.

Hanoman tahu “Seperti Hanoman di Alengka, apa perlu diberi tanda janur kuning area yang tidak boleh dibakar, Mo,” sela Petruk sambil cengengesan.

Pengusaha perkebunan mau enaknya saja. Pembersihan lahan atau “land clearing” besarnya biaya tidak terukur.

Maka diambil jalan pintas yaitu dengan jalan membakar lahan. Dengan bakar lahan, biayanya lebih murah dan praktis. Mereka berharap, setelah lahan dibakar segera akan turun hujan. Sehingga tidak sampai terjadi bencana asap seperti sekarang ini.

Ternyata perhitungan mereka meleset. Curah hujan yang diharapkan tidak kunjung datang akibat dampak perubahan iklim yang berkepanjangan. Oye. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.