Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menggapai Kesejukan Beragama (53)

Belajar Kearifanmas dari Walisongo (2)

Senin, 2 Desember 2019 06:20 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebagaimana hal nya setiap tradisi dan budaya lain, Indonesia juga memiliki nilai-nilai luhur bersifat universal, sehingga bisa diterima di negara-negara lain. Di sinilah wilayah titik temu (encounters) antara Islam dan budaya lokal.

Misalnya, tradisi Halal bi Halal setiap usai bulan puasa, sekarang banyak diadopsi di negara-negara lain menjadi ajang perjumpaan dua sumber nilai ini.

Benturan sering terjadi jika pranata Islam bentukan budaya luar dipaksakan untuk diterima di setiap wilayah. Misalnya Islam dipaksakan identik dengan tradisi dan budaya Arab lalu dipaksakan untuk diterima di setiap wilayah, termasuk wilayah non Arab.

Baca juga : Belajar Kearifan dari Walisongo

Seolah-olah yang paling islami ialah pranata, tradisi, dan budaya Arab, bahkan ada yang membid’ahkan jika ada aspek ajaran Islam melekat pada budaya lokal atau sebaliknya.

Kita bersyukur para pendahulu kita khususnya Wali Songo, menempuh jalan “titik temu” bukan menekankan perbedaan antara keduanya.Dalam tradisi Islam, sepanjang sebuah tradisi dan budaya tidak bertentangan dengan substansi ajaran Islam, maka itu sah saja menjadi “tempat” ajaran Islam mengaktualkan atau mewadahi dirinya.

Contohnya, ajaran Islam menyerukan menutup aurat, tetapi model penutup auratnya tidak mesti menggunakan cadar (chodor dari bahasa Persia berarti kelambu), Abaya (tradisi Syiria), hijab atau jilbab (Arab).

Baca juga : Ma Limo (2)

Perempuan muslimah Indonesia bisa tetap menggunakan model dan pakaian tradisional masing-masing, yang penting terpenuhi substansi ajaran Islamnya sebagai penutup aurat.

Apa itu aurat, di mana batas-batas aurat laki-laki dan perempuan? Tentu saja ini memerlukan kajian tersendiri.Perlu ditegaskan bahwa arabisasi ajaran Islam sama dampaknya dengan dearabisasi ajaran Islam.

Tidaklah proporsional jika ada gerakan yang latah melakukan arabisasi ajaran Islam, seperti tidak proporsionalnya sebuah gerakan indonesianisasi ajaran Islam dengan latah melakukan dearabisasi.

Baca juga : Ma Limo (1)

Baik budaya Arab maupun budaya Indonesia, atau pun budaya lainnya, sama-sama memiliki hak budaya (cultural right) untuk mewadahi ajaran non dasar Islam. Semua orang bisa menjadi the best muslim tanpa harus berbudaya Arab. Allahu a’lam. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.