Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menggapai Kesejukan Beragama (51)

Ma Limo (2)

Sabtu, 30 November 2019 06:13 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Moh ngombe artinya tidak minum minuman keras, yaitu minuman dan makanan yang memabukkan sebagaimana disebutkan di dalam Al-Quran dan beberapa hadis.

Minuman keras dalam masyarakat Jawa ketika itu masih merupakan sesuatu yang biasa, karena agama-agama sebelumnya juga tidak tegas melarangnya. Hanya saja waktu itu, minuman yang keras banyak jenisnya, termasuk makanan tape yang dibikin kualitas khusus.

Baca juga : Ma Limo (1)

Sekarangpun tape masih makanan khas walaupun kadar alkoholnya tinggi. Moh maling artinya tidak mencuri, mengambil hak orang lain, seperti menipu, merampok, mengorbankan orang lain demi untuk memperoleh keuntungan. Mencuri sangat keji karena mengakibatkan ketidakadilan di dalam masyarakat. Ayat dan hadisnya banyak, tetapi tetap menggunakan logika kearifan lokal.

Moh madat artinya tidak menggunakan narkotik, artinya sesuatu yang dikonsumsi tetapi menimbulkan pelemahan otak dan pikiran. Dalam bahasa sekarang adalah narkoba.

Baca juga : Antara Hijrah dan Jihad (3)

Moh madon artinya tidak berzina, yaitu perbuatan hubungan khusus laki-laki dan perempuan tanpa melalui proses nikah yang sah.

Zina adalah termasuk dosa besar yang diancam siksaan berat di akhirat. Di dunia pun menimbulkan kemudlaratan dan di akhirat diancam dengan siksa berat, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadis, namun ini tidak dibahasakan demikian tetapi digunakan bahasa kearifan lokal.

Baca juga : Antara Hijrah dan Jihad (2)

Banyak lagi konsep ajaran Islam diformulasikan dengan menggunakan Bahasa lokal oleh Wali Songo. Mereka tidak segan-segan menggunakan musik dan lagu-lagu kearifan lokal yang sesungguhnya barasal dari agama Hindu dan Budha lalu digubah menjadi lagu dan musik Islami.

Telinga masyarakat pribumi lebih familiar dengan musik-musik lokal daripada musik-musik negeri asing yang belum tentu lebih baik lirik dan maknanya, daripada langgam Jawa. Hingga berbagai model shalawat Nabi pun banyak dilantunkan dengan menggunakan langgam Jawa atau Sunda. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.