Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Nasib Van Dijk Masih Belum Jelas Di Liverpool
- Terkesan Di Latihan Perdana, Kluivert Pede Garuda Menang Lawan Australia
- Indonesia Vs Australia, Pelatih Persib: Bawa Pulang 1 Poin Sudah Bagus
- Tim Kanguru Waspadai Kekuatan Skuad Garuda
- Pertamina Uji Coba Produksi Bioavtur dari Minyak Jelantah pada 2025

Prof. Tjandra Yoga
Pemerhati Kesehatan
Pemerhati Kesehatan
RM.id Rakyat Merdeka - Sampai awal 2025 ini masih banyak berita media massa kita tentang kenaikan kasus infeksi saluran napas di China, yang di berita disebutkan disebabkan oleh Influenza A dan yang banyak dibicarakan adalah tentang Human Metapneumovirus (HMPV).
Ada lima hal yang dapat disampaikan sehubungan hal ini. Pertama, HMPV pertama kali dilaporkan di jurnal ilmiah di Belanda pada Juni 2001 yang berjudul “A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease".
Sesudah itu ada lagi laporan temuan di berbagai negara seperti Norwegia, Rumania, Jepang dan juga tentu China. Para peneliti bahkan memperkirakan bahwa sebelum resmi dilaporkan di 2001 itu maka HMPV sudah puluhan tahun bersirkulasi. Tegasnya, HMPV bukan virus baru.
HMPV juga bukan penyakit baru di China. Bahkan jurnal ilmiah mingguan CDC China (saya usul kita perlu juga buat jurnal seperti ini) di 2024 mengeluarkan publikasi berjudul “Vital Surveillances: Seasonal and Genetic Characteristics of Human Metapneumovirus Circulating — Henan Province, China, 2017–2023”, yang membahas tuntas tentang pola epidemiologik dan karakteristik genetika nya, sehingga bisa jadi panduan pemerintah China untuk program pengendalian dan bahkan proses vaksinasinya kelak.
Akan baik kalau pola epidemiologik dan genetik berbagai penyakit menular kita juga dipublikasikan dalam jurnal ilmiah resmi seperti ini, untuk jadi panduan pula.
Kedua, kata pertama dari Human Metapneumovirus - HMPV adalah “human”, dengan kata lain tentunya ada yang bukan “human”. Memang sebenarnya juga ada AMPV atau Animal Metapneumovirus.
AMPV bahkan sudah lebih awal ditemukan, yaitu di tahun 1978 di Afrika Selatan, yang awalnya diberi nama “Turkey Rhinotracheitis Virus” (TRTV) lalu disesuaikan menjadi AMPV Animal Metapneumovirus.
Ini adalah penyakit pada unggas, yang punya 4 sub tipe, dari A sampai D. Para pakar berpendapat bahwa penyakit pada manusia akibat HMPV nampaknya akibat semacam evolusi dari AMPV yang sub tipe C.
Baca juga : Resolusi Trust Di 2025
Ketiga, Pertama, semua sepakat bahwa survailans dan deteksi dini merupakan kunci utama pengendalian penyakit menular, di dunia, di China dan juga di negara kita tentunya.
Karena itu, isi berita yang menyebutkan “Pada Jumat, 27 Desember 2024, otoritas pengendalian penyakit China mengumumkan bahwa mereka tengah menguji coba sistem pemantauan khusus untuk pneumonia yang belum diketahui penyebabnya” merupakan suatu langkah amat baik, dan perlu juga dipertimbangkan di negara kita, baik untuk pneumonia maupun penyakit menular lainnya.
Di China dan sekitarnya memang selalu terjadi peningkatan kasus “influenza like illness” di akhir tahun dan musim dingin seperti ini, karena itulah mereka meningkatkan upaya penanggulangannya.
Hal yang sama perlu juga kita lakukan di Indonesia untuk jenis penyakit infeksi apapun baik infeksi saluran napas atau misalnya peningkatan kasus Dengue belakangan ini, yang harusnya sejak sekarang sudah kita lihat peningkatan upaya penanggulangannya.
Tentang influenza A dan atau B maka memang selalu ada fluktuasi peningkatannya dari waktu ke waktu di berbagai belahan dunia. Karena itulah WHO selalu mengkompilasi data ini dan diumumkan agar negara-negara dapat mengambil langkah yang diperlukan.
Keempat, sejak beberapa hari ini mendadak di berbagai WAG beredar hoax bahwa China menyatakan “state of emergency” karena berbagai virus seperti influenza A, HMPV Mycoplasma pneumonia Covid-19.
Hal ini tidak benar karena tidak ada satupun sumber dari pemerintah China maupun WHO yang menyebut tentang pernyataan “state of emergency”.
The Economic Times edisi 3Januari 2025 secara tegas juga menuliskan “Neither Chinese health officials nor the World Health Organization (WHO) have confirmed an epidemic or state of emergency.”
Baca juga : Putri KW Siap Ngegas Di Tahun 2025
Kelima, banyak juga pembicaraan yang mencoba “mensejajarkan” infeksi HMPV ini dengan Covid-19. Ini juga tentu pernyataan yang tidak betul, setidaknya karena tiga hal.
Kesatu, seperti disampaikan di atas bahwa ini bukanlah virus atau varian baru, ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.
Di sisi lain, Covid-19 adalah varian baru dari virus korona. Kedua, disebutkan bahwa gejalanya adalah serupa, seperti batuk, demam, mungkin sesak dan nyeri dada dan kalau memberat dapat masuk rumah sakit.
Perlu diketahui bahwa semua infeksi paru dan saluran napas memang gejalanya seperti itu, jadi tidak spesifik Covid-19.
Ketiga, ada juga yang menyebut HMPV mirip Covid-19 karena sekarang ada peningkatan kasus di China. Ini juga tidak tepat karena dari waktu ke waktu memang selalu saja ada peningkatan kasus infeksi saluran napas, apalagi di musim dingin di negara empat musim seperti China, seperti disampaikan di atas.
Jadi, tidak tepatlah kalau kita terlalu cepat mengkorelasikan kenaikan kasus HMPV ini dengan Covid-19, walaupun tentu kita perlu tetap waspada.
Sebagai penutup sekali lagi saya tekankan bahwa kita di tanah air perlu terus menjaga dan meningkatkan pengendalian penyakit menular. Ini bermula dari tingkat dasar yaitu pemahaman dan pola hidup masyarakat, lalu pencegahan penularan seperti gaya hidup, penanganan kontak dan vaksinasi.
Kemudian kegiatan surveilans dan deteksi dini serta pencegahan perluasan penularan di masyarakat, dan belakangan lalu penanganan kasus dengan berbagai dimensinya.
Baca juga : Mitsubishi Motors Tebar Promo Di GJAW 2024
Dalam hal ini perlu diingatkan kembali bahwa promotif preventif amatlah perlu, jangan hanya bertumpu ke penanganan kasus yang sudah sakit saja.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI / Guru Besar FKUI
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara
Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes
Penerima Rakyat Merdeka Award 2022 bidang Edukasi dan Literasi Kesehatan Masyarakat
Penerima Rekor MURI April 2024 penulis artikel Covid-19 terbanyak di media massa
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya