Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Ketua MUI Baros Beri Pesan Sejuk Di Sosialisasi PNM Mekaar
- Dipolisikan Nurul Ghufron, Ketua Dewas: Kami Sama Sekali Nggak Takut!
- KPK Lelang 2 Mobil Jeep Cherokee Milik Eks Walkot Bekasi Rahmat Effendi
- Gempa Terkini Magnitudo 5,3 Guncang Papua, Getaran Terasa Hingga Mamberamo Raya
- TPPU SYL, KPK Sita Mobil Mercy Sprinter Dan New Jimny
RM.id Rakyat Merdeka - Perbincangan mengenai Pilpres 2024 tidak hanya ramai di kalangan orang dewasa. Anak-anak juga. Bahkan, anak SD pun ikut dalam aksi “dukung-mendukung” terhadap Capres-Cawapres tertentu.
Ada sebuah cerita, seorang ayah ditanya anaknya, yang baru duduk di kelas 4 SD, akan mendukung siapa di Pilpres nanti. Mendengar hal tersebut, ayah itu agak kaget, karena di rumah mereka tak pernah membicarakan mengenai Pilpres. Rupanya, anak itu tahu perkembangan Pilpres dari teman-temannya di sekolah.
Si ayah itu tak langsung menjawab. Namun, anaknya langsung cerita bahwa teman kelasnya mendukung Prabowo Subianto. Alasannya, Prabowo gemoy, pipinya bikin gemes, seperti bayi.
Baca juga : Pilpres Mulai Saling Serang
Seorang ayah yang lain mendapati cerita yang sama dari anaknya, bahwa di sekolah ramai dibicarakan politik. Kata anak itu, teman-temannya sudah punya Capres masing-masing. Ada yang mendukung Prabowo Subianto, ada yang mendukung Ganjar Pranowo, ada juga yang mendukung Anies Baswedan.
Masuknya virus Pilpres ke anak SD ini bukanlah hanya baru. Di Pilpres 2019 sudah ada. Bahkan, saat itu ada anak-anak yang ikut debat dan terbelah, karena ada yang mendukung Prabowo ada juga yang ngefans sama Jokowi.
Kalau untuk pengetahuan demokrasi, perbincangan Pemilu pada anak-anak sebenarnya bagus. Mereka menjadi lebih paham bahwa penentuan pemimpin ada di tangan rakyat. Pemimpin juga memiliki masa periodisasi.
Baca juga : HCML Sukses Merajai Pasokan Gas Di Jatim
Namun, untuk urusan dukung-mendukung, belum saatnya mereka ikut. Sebab, politik adalah masalah yang pelik, penuh persaingan, dan panas. Kalau sampai mereka masuk perdebatan di dalamnya, yang dikhawatirkan adalah munculnya memori buruk mengenai persaingan Pemilu. Itu tentu akan berdampak tak baik untuk masa depan bangsa.
Tentu kita tidak bisa menyalahkan anak-anak itu. Mereka begitu karena terkontaminasi, terpapar virus. Yang salah adalah orang tua atau lingkungan sekitarnya. Para orang dewasa sering lupa, saking semangatnya mendukung Capres tertentu, mereka keceplosan bicara di depan anak.
Agar anak-anak yang terpapar tidak semakin banyak, para orang dewasa harus lebih tahu tempat saat berbicara persaingan Pemilu. Kalau ada anak-anak, tahan dulu bicaranya. Sebab, itu bahaya. Bicara politik di depan anak sama seperti merokok di dekat mereka.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya