Dark/Light Mode

Etika Politik Nabi Muhammad SAW (15)

Tidak Bermasabodo Terhadap Kemungkaran

Rabu, 7 Oktober 2020 06:32 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - DarI Said Al-Khudri, Nabi bersabda: Janganlah seorang di antara kalian menghinakan dirinya. Mereka berkata: Bagaimana hal itu terjadi? Nabi mengatakan: Mereka melihat sesuatu yang janggal (sesuai hukum Allah) tapi ia tidak mengatakan yang sesungguhnya, lalu ia bertemu dengan Allah (mati); dan ia membiarkan hal itu. Allah mengatakan kepadanya: apa yang membuatmu diam sehingga tidak mengatakan yang sesungguhnya? Ia mengatakan: Takut terhadap manusia. Lalu Allah mengatakan: Semestinya engkau lebih takut kepada-Ku. (HR Baihaqi, Syuabu Al-Iman, Jilid 6, halaman 90).

Dalam hadis lain Nabi bersabda: Tidak layak bagi seorang Muslim menghinakan dirinya. Mereka bertanya: Bagaimana hal itu terjadi wahai baginda Nabi? Beliau mengatakan: Berbuat sesuatu yang membahayakan padahal ia tidak mampu memikul/menghadapinya. (HR Tirmizi, Sunan Tirmizi, Jilid 4, halaman 522).

Baca juga : Keutamaan Pemimpin Yang Adil (2)

Hadis lain juga disampaikan oleh Ummu Salamah, isteri Nabi, mengatakan: Nabi bersabda: Akan ada orang-orang yang memerintah di tengah-tengah kalian, di antara mereka ada yang kalian suka, dan ada yang kalian benci. Maka barangsiapa yang mengingkari dengan hatinya maka sungguh ia telah terbebas. dan barangsiapa yang membenci maka ia selamat. Tetapi bagaimana dengan yang redha dan mengikutinya? Mereka bertanya: Wahai baginda Nabi, apakah boleh kami perangi mereka. Nabi mengatakan: Tidak, selama mereka mengerjakan shalat. (HR Muslim, Sahih Muslim, Jilid 6, halaman 23).

Hadis-hadis tersebut di atas cukup menjadi dasar untuk mengatakan bahwa kebenaran itu mesti ditegakkan jika kita menginginkan karakter terpuji. Namun di dalam menyampaikan kebenaran dan kritikan kepada pejabat atau pemerintah tetapi kita diminta dalam keadaan tawadhu, dan tidak kasar dan arogan.

Baca juga : Keutamaan PemimpinYang Adil (1)

Melakukan pembiaran atau masa bodoh terhadap kebatilan akan menimbulkan penyesalan mendalam. Nabi Muhammad SAW juga pernah mengingatkan bahwa: “Katakanlah kebenaran itu meskipun pahit”. Mungkin pahit sekali tetapi berikutnya meninimbulkan ketenangan dan ketenteraman. Melakukan pembiaran terhadap kemungkaran dan kebatilan akan membebani pikiran dan perasaan.dalam masa kampanye atau menjelang pemilu untuk berbagai tingkatan biasanya fitnah, pencitraan, riya’, dan atribut-atribut negative lainnya biasanya bertebaran.

Tantangan kita bagaimana agar kita tidak mudah larut dengan kedekatan kita dengan para kandidat. Sebaliknya juga bagaimana menjaga diri agar tidak emosi kepada kandidat, meskipun nyata-nyata menyalahi aturan yang seharusnya dilakukan.

Baca juga : Batas Tanggung Jawab Pemimpin (2)

Hanya saja ketika menyampaikan kritik atau memberi masukan kepada penjabat pusat maupun daerah, sedapat mungkin tidak kehilangan kelembutan dan kasih sayang antara sesama.Menunjuk batang hidung seseorang di depan umum, apalagi di deapan para anak buahnya, tentu sangat menyakitkan bagi yang bersangkutan.

Tidak heran jika pada saatnya ia akan menimbulkan masalah misalnya kesulitan yang diupayakan oleh pejabat yang dikritik pedas tandi. Semuanya harus serba terukur. Jangan sampai tindakan baik kita dinilai melam-paui batas sehingga akan melahirkan sikap yang kontra produktif. Semoa Allah SWT senantiasa membimbing kita, Aamiin.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.