Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Etika Politik Nabi Muhammad SAW (11)

Bolehkah Mengeritik Pejabat? (2)

Rabu, 30 September 2020 06:10 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Hanya saja di dalam menyampaikan kritik kepada pejabat atau kepada siapapun disarankan dengan cara yang bijak atau santun. Walaupun lawan politik atau sotetap kita tidak boleh kehilangan kesantunan.

Nabi mengingatkan jika ada pejabat yang melakukan pelanggaran atau ketidakadilan maka kita berkewajiban menyampaikan masukan atau nasehat atau keritikan dan pada akhirnya berupa pengingkaran akan otoritasnya sebagai pejabat.

Baca juga : Bolehkah Mengeritik Pejabat? (1)

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang mendukungnya? Mestikah dimusuhi maka Nabi menjawab mereka tidak perlu dimusuhi selama mereka mengerjakan shalat. Menyampaikan aspirasi atau kritik kepada pemerintah adalah hal yang sok figur yang tercela dibenarkan dalam Islam. karenanya, seorang penguasa atau rezim yang dikritik oleh masyarakatnya semestinya berterima kasih dan mau mendengarkan dengan lapang dada.

Para pejabat mestinya mengikuti Umar Ibn Khathab ketika ia memberikan sambutan saat ia didaulat berpidato seusai pelantikannya, tiba-tiba ada seorang badui meneriaki Umar dengan mengatakan: Wahai Umar, berlaku adillah kepada kami, kalau engkau tidak berlaku adil maka akulah orang yang pertama akan menebas lehermu dengan pedangku ini.

Baca juga : Pejabat Tidak Boleh Kebal Nasehat (2)

Para sahabat yang hadir saat itu ingin memukul badui tadi karena kelancangannya kepada Umar. tetapi Umar sebagai pemimpin yang sangat bijak justru mengatakan: biarkan saja dia mengatakan apa yang mau dikatakan, tidak ada kebaikan yang kalian miliki jika ada sesuatu yang tidak baik kamu lihat dalam diriku/kepemimpinanku lalu engkau tidak mengatakannya kepadaku.

Begitu juga, aku (Umar) tidak memiliki kebajikan jika aku tidak mau mendengar apa yang engkau katakan. seorang imam yang keliru di dalam pelaksanaan shalat, mungkin karena lupa, maka makmum laki-laki berhak bahwa wajib mengingatkannya dengan membaca “Subbhanallah” dan makmum perempuan menyampaikan isyarat dengan cara memukulkan anggota badannya. Dengan isyarat itu imam akan memperbaiki kekeliruannya. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.